Reporter: Mimi Silvia | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perekonomian Indonesia yang masih lesu membuat permintaan terhadap pelbagai produk mengalami penurunan. Kondisi ini membuat sejumlah pengusaha seperti produsen sepatu mengurungkan niat ekspansi pabrik pada tahun ini.
Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyebut, semula memang ada perusahaan yang berencana membangun pabrik tahun ini. Namun rencana tersebut tak bisa berjalan mulus. "Ada puluhan pabrik sepatu yang menunda bikin pabrik pada tahun ini," jelas Eddy kepada KONTAN, Rabu (25/11).
Eddy bilang pertimbangan penundaan pembangunan pabrik karena penjualan mereka tak mencapai target. Hal ini membuat pabrik sepatu belum perlu menambah kapasitas dalam waktu dekat.
Apalagi dalam catatan Aprisindo, melemahnya penjualan tak hanya terjadi di dalam negeri. Eddy menyebut, sebagian perusahaan yang berorientasi ekspor juga mengeluhkan penurunan penjualan. "Order mereka turun," kata Eddy.
Sayang, ia enggan memerinci nama perusahaan yang menunda pembangunan pabrik tahun ini. Ia juga tak menjawab siapa produsen sepatu Indonesia yang mencatat penurunan di pasar ekspor.
Volume tidak naik
Sebagai gambaran, dari sisi nilai, ekspor industri alas kaki dan sepatu memang terlihat mengalami kenaikan sekitar 5% pada kuartal III-2015. Menurut Eddy, nilai ekspor ini terlihat naik lantaran nilai dollar Amerika Serikat mengalami penguatan. "Jika acuannya adalah pasar, kondisi kami tak mengalami pertumbuhan," terang Eddy.
Awal tahun ini, Aprisindo semula membidik ekspor sepatu US$ 5 miliar, naik 21% ketimbang ekspor tahun lalu US$ 4,1 miliar. Setelah melihat sepinya pesanan, Eddy memangkas target ekspor menjadi US$ 4,6 miliar atau naik hanya 12%.
Kondisi penjualan sepatu yang tak memuaskan ini juga terlihat pada penjualan produsen sepatu PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Pemilik merek sepatu Bata ini mencatat penjualan mini 3,6% di kuartal III-2015 menjadi Rp 797 miliar. Adapun pendapatan Bata periode yang sama tahun lalu tercatat Rp 769,6 miliar.
Dari jumlah penjualan BATA ini, porsi ekspor terhadap total penjualan susut dari 3,2% ke 2%. Jika tahun lalu ekspor Rp 24,6 miliar, turun 36,4% menjadi Rp 15,7 miliar.
Di sisi lain minat investor untuk berinvestasi di industri ini belum turun. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, kuartal III-2015 investasi dalam negeri di industri sepatu dan kulit Rp 5,4 miliar dari 10 proyek. Investasi asing mencapai US$ 128,49 juta dari 154 proyek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News