Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Freeport Indonesia terancam kehilangan produksi bijih mineral di penghujung tahun ini. Pasalnya, sejumlah karyawan di perusahaan tambang tembaga asal Amerika Serikat itu akan melakukan mogok kerja selama sebulan mulai 6 November depan. Sebab, hingga kini, belum ada yang bertanggung jawab atas tewasnya pekerja dalam beberapa kecelakaan di Freeport.
Apalagi, sudah ada beberapa insiden di Freeport yang menewaskan pekerja tahun lalu dan tahun ini, yakni, tragedi Big Gossan pada tanggal 14 Mei 2013 yang menewaskan 28 pekerja, kecelakaan maut di tambang terbuka Grasberg pada tanggal 27 September 2014 yang menewaskan 4 orang, dua orang cidera berat dan cidera ringan tiga orang pekerja Freeport.
Pekerja menilai, manajemen Freeport lalai mengelola sistem manajerial hingga menyebabkan kecelakaan yang berulang dua tahun terakhir. "Upaya-upaya perundingan yang dilakukan hingga saat ini belum tercapai kesepakatan bersama menjawab tuntutan pekerja," kata Ketua Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK SP KEP SPSI) PT Freeport Indonesia Sudiro, dalam surat pemberitahuan mogok kerja yang diterima KONTAN, Senin (27/10).
Rencananya, selain karyawan Freeport, aksi mogok juga akan diikuti sub kontraktor lain, yakni, PT Kuala Pelabuhan Indonesia dan PT Puncakjaya Power. Sudiro menilai, kegagalan kepemimpinan manajemen Freeport juga berimbas pada tata kelola di kedua perusahaan tersebut sehingga memicu aksi protes dari para pekerjanya.
Ada empat tuntutan pekerja. Pertama, perombakan total jajaran pimpinan manajemen Freeport maupun pada perusahaan kontraktor. Kedua, karyawan menolak segala bentuk mutasi ataupun rotasi tugas dalam lingkungan Freeport. Ketiga, meminta oknum manajemen bertanggung-jawab atas kejadian kecelakaan kerja tersebut.
Keempat, para karyawan juga akan memberikan kesempatan untuk manajemen untuk berupaya menyelesaikan masalah dengan konstruktif, dialogis, berkeadilan dalam konteks kesetaraan . Harapan pekerja ada penyelesaian yang cepat, adil dan terbaik bagi semua pihak.
Paul Lubis, Sekretaris Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membenarkan akan ada mogok oleh karyawan Freeport. "Freeport akan melapor kepada pemerintah perkembangan rencana mogok karyawan Selasa (28/10)," ujarnya.
Sementara hingga beria ini turun, Presiden Direktur PT Freeport Rozik B Soetjipto dan Juru Bicara PT Freeport Deasy Primayanti belum memberikan tanggapan saat dikonfirmasi soal rencana mogok karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News