kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku usaha desak diadakan program gernas teh untuk dongkrak ekspor


Kamis, 27 Februari 2020 / 20:59 WIB
Pelaku usaha desak diadakan program gernas teh untuk dongkrak ekspor
ILUSTRASI. Petani memanen teh di perkebunan teh PTPN VIII Sukawana, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (19/2/2020). Pelaku usaha dorong dilaksanakan gernas teh untuk dongkrak ekspo.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkit ekspor melalui program gerakan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) membuat Dewan Teh Indonesia mendesak dilaksankannya gerakan nasional (gernas) teh.

Ketua Dewan Teh Indonesia, Rachmat Gunadi mengatakan, untuk mendorong ekspor teh, maka diperlukan perbaikan di sektor hulu, salah satunya melalui gernas teh. Melalui program ini, pengadaan bibit teh menjadi prioritas.

Baca Juga: Bisnis Kedai Kopi Masih Terasa Nikmat

Ia menghitung, untuk setiap 1 hekare perkebunan teh, dibutuhkan 10.000 bibit. 

"Agar hal itu dapat terealisasi maka dibutuhkan teknologi agar dapat meningkatkan produksi bibit teh seperti halnya dilakukan pada gernas kakao dengan teknologi somatik embryogenesis (SE)," ujar Rachmat dalam Forum Groum Discusion (FGD) dengan tema “Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Dalam Rangka Meningkatkan Ekspor 4  Kali,” Kamis (27/2).

Ketua Umum Asosiasi Petani teh Indonesia (Aptehindo) Nugroho B. Koesnohadi mengatakan hal senada. Menurut hitungannya, untuk mengadakan gernas teh, butuh biaya sekitar RP 2,6 triliun. Biaya sebesar itu digunakan untuk lahan seluas 55.000 hektare.

Nugroho merinci, dibutuhkan 9.000 hektare untuk intensifikasi, 28.000 hektare untuk rehabilitasi, 13.000 hektare untuk replanting dan new planting dan perluasan sekitar 3.378 hektare.

Baca Juga: Masih dikaji, Kemenkeu perkirakan penerimaan cukai minuman berpemanis Rp 6,25 triliun

Data Aptehindo mencatat, pada 2009 luas perkebunan teh di Indonesia 123.506 hektare. Kurun  10 tahun terakhir,luas kebun teh  tinggal  113.029 hekatre. Artinya, dalam waktu 10 tahun areal teh di Indonesia menurun seluas 10.477 hektare.

“Penurunnya  rata-rata lebih dari 1.000 hektare per tahun.  Cukup banyak areal perkebunan teh BUMN dan perkebunan besar swasta (PBS) dikonversi ke tanaman lain. Karena pengusahaan tanaman teh dinilai oleh mereka  kurang menguntungkan,”  tambah Nugroho.

Sementara itu, pendiri Teh Sila, Iriana Ekasari mengungkapkan,  ada beberapa penghambat yang  harus dibenahi, agar industri teh nasional tak lumpuh.  Pembenahannya memang dari hulu-hilir.

“Karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya segera turun tangan untuk mengatasi kendala pengembangan industri teh nasional. Jika pemerintah tak turun tangan, industri teh akan lumpuh,” papar Iriana.

Pembenahan industri teh perlu segera dilakukan, karena pasar komoditas teh dunia pun bergerak ke arah teh premium. Sementara itu, industri teh nasional masih berkutat pada teh non premium.

Baca Juga: Semerbak Laba Es Kopi Susu Gula Aren

Namun, menurut Iriana, untuk melakukan pembenahan di hulu sepertinya tak semudah “membalikkan telapan tangan”.  

Mengingat, riset teh Indonesia pun dibiarkan merana. Bahkan, riset teh tidak didanai oleh industri maupun pemerintah. Akibat lemahnya riset tersebut, klon teh Indonesia kalah unggul dalam  hal inner quality dibandingkan teh negara lain.

“Bandingkan dengan Srilanka,  saat ini klon-nya sudah seri 5.000,” ujarnya.

Iriana juga mengatakan, pasar teh Indonesia secara mayoritas tidak dididik menggunakan teh berkualitas. Akibatnya, ketika ekspor  komoditas teh tertekan, industri teh kesulitan membanjiri pasar dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×