kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelemahan rupiah mengerek harga komponen listrik


Jumat, 06 Juli 2018 / 12:00 WIB
Pelemahan rupiah mengerek harga komponen listrik


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga tersengat pelemahan rupiah. Sebab, koreksi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) turut mengerek harga barang impor komponen listrik.

Demi mengurangi risiko pelemahan rupiah, PLN menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya adalah kebijakan lindung nilai (hedging) dengan sejumlah bank nasional.

Direktur Keuangan PLN, Sarwono menyebutkan pelemahan rupiah sangat berpengaruh terhadap biaya pembelian atau impor komponen pembangkit listrik. "Ada kenaikan biaya pasti, tapi tidak terlalu signifikan. Pada tahun lalu rupiah masih Rp 13.400-an, nah sekarang Rp 14.300-an," ungkap dia, saat ditemui di sela rapat tertutup dengan Komisi VII DPR di Senayan, Kamis (5/7).

Sarwono belum tahu berapa persen biaya komponen listrik yang naik terimbas pelemahan rupiah. Yang pasti, PLN telah mengantisipasi kenaikan harga komponen listrik itu sejak awal tahun ini. "Kami sudah melakukan hedging. Itu untuk risiko-risiko apa saja yang terjadi di 2018, termasuk pelemahan rupiah ini," kata dia tanpa memberitahu di perbankan nasional mana saja PLN melakukan kebijakan hedging ini.

Demi menunjang megaproyek ketenagalistrikan 35.000 megawatt (MW) pada tahun lalu, PLN melakukan hedging dengan Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI untuk lima tahun ke depan. "Atas pelemahan rupiah ini, yang terpenting kita merasa yakin impor komponen tetap terkendali dan berjalan sebagaimana mestinya," jelas Sarwono.

Mengikis laba

Meski ada kenaikan biaya, kegiatan tender pembangkit tetap berjalan normal. Pasalnya, PLN sudah jauh-jauh hari mengimpor komponen pembangkit listrik sebelum rupiah menyentuh level sekarang. "Kecuali ada tender yang baru. Mungkin akan berefek lebih," ungkap Sarwono.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir juga menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS merupakan ancaman bagi perusahaan setrum pelat merah ini. Hal tersebut lantaran kebanyakan kegiatan operasional PLN menggunakan transaksi dalam dollar AS.

"Pasti kami melakukan adjusment. Suka tidak suka, hal ini menjadi beban bagi kami. PLN melakukan sebagian pembayaran menggunakan dollar AS," ungkap Sofyan, saat ditemui di acara Halal Bihalal Menteri BUMN Rini Soemarno di Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (30/6).

Manajemen PLN mengharapkan kondisi ini hanya terjadi sementara. Sebab, pelemahan rupiah terhadap dollar AS akan berimbas pada biaya operasional yang semakin melonjak. "Mudah-mudahan pelemahan rupiah hanya sementara," tutur Sofyan.

Sejatinya, masalah fluktuasi kurs tak hanya menaikkan biaya operasional, namun juga terkait posisi bottom line (laba bersih) PLN di akhir tahun nanti.

"Iya ada (pengaruh terhadap biaya operasional). Jika bicara modal, pada saat tutup buku baru kami akan terkena. Tapi ini kan belum sampai, mudah-mudahan bisa mereda sehingga kami bisa menghitung lebih riil. Di akhir tahun tentu berpotensi menggerus keuntungan," kata Sofyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×