Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berimbas terhadap impor barang komponen listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Hanya saja, efek tersebut sudah diantisipasi oleh PLN dengan melakukan lindung nilai (hedging) dengan sejumlah Bank Nasional untuk mengurangi resiko atas pelemahan rupiah.
Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh terhadap biaya pembelian atau impor komponen pembangkit listrik. "Ada kenaikan biaya pasti tapi tidak terlalu signifikan," terangnya saat ditemui di gedung DPR, Kamis (5/7).
Namun, Sarwono belum mengetahui detil persentase biaya kompenen listrik yang naik atas efek pelemahan rupiah ini. Yang jelas kenaikan impor komponen listrik itu sudah diantisipasi sejak memasuki awal tahun 2018.
"Kami sudah melakukan hedging. Itu kan untuk resiko-resiko apa saja yang terjadi di 2018, termasuk pelemahan rupiah ini," ungkap Sarwono tanpa memberitahu Bank Nasional mana saja yang sudah melakukan kerjasama dalam heding ini.
Dalam menunjang megaproyek ketenagalistrikan 35.000 Megawatt (MW) di tahun 2017 PLN telah melakukan kerjasama hedging dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank BRI (Persero) dan PT BNI (Persero) untuk lima tahun ke depan.
"Begini, atas pelemahan rupiah ini, yang terpenting untuk kita semuanya merasa yakin bahwa impor komponen tetap terkendali dan berjalan sebagaimana mestinya," jelasnya.
Sarwono menambahkan meskipun ada kenaikan biaya, kegiatan tender pembangkit tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pasalnya, impor komponen pembangkit yang ada saat ini sudah jauh-jauh hari dilakukan sebelum rupiah mencapai pada level sekarang. "Kecuali adanya tender yang baru. Mungkin akan berefek lebih," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News