kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemanfaatan gambut pakai sistem tata kelola air


Selasa, 09 Februari 2016 / 15:22 WIB
Pemanfaatan gambut pakai sistem tata kelola air


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan gambut cukup luas di dunia. Saat ini tercatat ada 15 hektare (ha) lahan gambut di Indonesia. Karena itu, perlu adanya upaya serius dari pemerintah untuk mengelola lahan gambut secara baik dan berguna bagi usaha pertanian di masyarakat. 

Selama ini, sebagaian masyarakat Indonesia sudah secara turun temurun memanfaatkan gambut untuk usaha pertanian.Kendati begitu, tidak semua kegiatan pengelolaan gambut berjalan baik. Untuk itu pemerintah perlu belajar dari keberhasilan di beberapa negara dalam mengelola gambut. Menurut 

Pakar Tanah dan Gambut IPB Basuki Sumawinata usaha budidaya pertanian di lahan gambut sudah memberikan kontribusi ekonomi sangat besar bagi perekonomian negara dan perekonomian masyarakat.

Ia bilang, pemerintah tidak mungkin menghentikan kegiatan budidaya di lahan gambut. Sebaliknya, justru pemanfaatannya harus dilanjutkan dan diperbaiki dengan menerapkan berbagai teknologi yang telah ada. Sebab, masyarakat Indonesia sudah turun temurun memanfaatkan gambut untuk usaha pertanian tradisional di Kalimantan dan Sumatera.

"Bahkan kini, usaha pertanian di lahan gambut mulai berkembang di sektor usaha perkebunan dan hutan tanaman industri," terang Basuki, Selasa (9/2).

Peneliti Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Azwar Maas menambahkan, pemanfaatan gambut bisa diterapkan dengan sistem tata kelola air. Hanya saja sistem itu harus menjamin air gambut harus berputar agar tidak langsung kebawah.

Tujuannya untuk menghindari agar gambut tetap basah. Sistem itu, kata Azwar, harus menjamin buka tutup untuk menjaga ketinggian air ketika musim hujan. Begitu juga pada musim panas gambut tetap berair.

"Kalau itu bisa diterapkan, gambut bisa dimanfaatkan. Hanya saja pengelolaan tidak boleh parsial. Karena itu perlu pemberlakukan zonasi," kata Azwar.

Azwar mencontohkan, di Bengkalis, Riau terdapat korporasi yang mampu mengelola gambut dengan menerapkan sistem air berputar. Sistem ini cukup baik karena ketinggian air di gambut tetap terjaga. Bahkan air yang berasal dari gambut tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air keemasan.

Luas gambut dunia sekitar 300 juta ha, atau sekitar 2% luas daratan di dunia. Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia Skandinavia (Norwegia, Swedia, Finlandia), Irlandia, Polandiam Jerman utara, Belanda dan Amerika Serikat, khususnya di Kanada.

Menurut Basuki, sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu telah dibuka dan dimanfaatkan untuk bahan bakar, pertanian dan kehutanan.

Gambut adalah bahan akar penting di negara negara Eropa seperti Irlandia dan Skotlandia. Gambut digunakan sebagai bahan untuk memasak dan pemanas rumah tangga.Secara modern, gambut dipanen dalam skala industri dan dipakai untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembangkit listrik tenaga gambut terbesar ada di Finlandia yakni Toppila Power Station sebesar 190 MW.

Basuki menjelaskan, gambut digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Di Jepang, gambut direklamasi menjadi lahan sawah. Di Eropa lahan gambut digunakan sebagai lahan pertanian hortikultura. Di Indonesia gambut dimanfaatkan untuk perkebunan HTI dan sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×