kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.764.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Pemangkasan Anggaran Tekan Pariwisata dan Transportasi, Dampaknya bisa Berkepanjangan


Sabtu, 22 Maret 2025 / 16:32 WIB
Pemangkasan Anggaran Tekan Pariwisata dan Transportasi, Dampaknya bisa Berkepanjangan
ILUSTRASI. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyoroti dampak pemotongan anggaran pemerintah dan efeknya terhadap sektor pariwisata dan transportasi nasional.. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/rwa.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyoroti dampak pemotongan anggaran pemerintah dan efeknya terhadap sektor pariwisata dan transportasi nasional. Pemangkasan belanja negara ini dinilai telah menyebabkan perlambatan kinerja industri sejak awal tahun 2025, dengan potensi dampak berkepanjangan jika tidak segera diatasi.

Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto, mengungkapkan bahwa pemotongan anggaran berdampak signifikan pada sektor penerbangan domestik. Menurutnya, terjadi penurunan jumlah penumpang pada penerbangan domestik sejak awal tahun akibat berkurangnya perjalanan dinas aparatur sipil negara (ASN) dan belanja sektor pemerintahan lainnya.

"Pada Januari, tingkat keterisian penerbangan domestik masih 75%. Namun, dalam tiga minggu pertama Maret, angkanya turun menjadi sekitar 67%. Penurunan ini terutama terjadi karena pengurangan jumlah penerbangan," ujar Bayu dalam konferensi pers GIPI, Sabtu (22/3).

Baca Juga: Ini 10 Negara Paling Jarang Dikunjungi Turis Asing, Mari Cari Tahu Alasannya

Selain itu, turunnya jumlah perjalanan dinas juga berdampak pada sektor perhotelan, restoran, dan transportasi darat. Menurut Bayu, sekitar 15%-20% penumpang maskapai domestik berasal dari ASN dan BUMN. Dengan adanya efisiensi anggaran, segmen ini mengalami penurunan tajam, yang pada akhirnya turut mempengaruhi industri penerbangan secara keseluruhan.

"Segmen kelas menengah yang biasanya menjadi tulang punggung industri perjalanan ikut terdampak," tambahnya.

Sementara itu, untuk penerbangan internasional, dampaknya tidak seberat domestik. Bayu mencatat tingkat keterisian rute internasional masih berada di kisaran 72%-75%, dengan beberapa rute seperti Perth-Denpasar dan destinasi China masih menunjukkan permintaan yang kuat. Namun, perjalanan ke Jepang dan Eropa mengalami sedikit penurunan.

Bayu menegaskan bahwa pemerintah harus segera turun tangan untuk mencegah dampak lebih luas.

Baca Juga: Pelesiran ke Luar Negeri Sudah Balik ke Tingkat Prapandemi

"Jika situasi ini dibiarkan, bukan hanya industri penerbangan dan pariwisata yang terpukul, tapi juga sektor pendukung lainnya seperti kuliner, transportasi darat, hingga UMKM yang bergantung pada pergerakan wisatawan," tegasnya.

GIPI dan INACA berharap pemerintah segera mempertimbangkan kebijakan mitigasi, seperti relaksasi anggaran atau stimulus bagi sektor pariwisata dan transportasi, guna menjaga keberlangsungan industri di tengah tekanan ekonomi yang masih berlangsung.

Selanjutnya: Jadwal Buka Puasa Kota Pontianak dan Sekitarnya Hari ini (22/3) Ramadhan Hari ke-22

Menarik Dibaca: Ini Panduan Praktis Mengelola Anggaran Keuangan Anda Secara Efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×