kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembangunan BTS di Pelosok oleh BAKTI Tersendat, Pengamat ini Sarankan Evaluasi


Jumat, 15 April 2022 / 22:51 WIB
Pembangunan BTS di Pelosok oleh BAKTI Tersendat, Pengamat ini Sarankan Evaluasi
ILUSTRASI. Penandatanganan Perjanjian Pinjam Pakai Lahan Pembangunan BTS USO BAKTI, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin (13/12/2021).


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transformasi digital tidak hanya berfokus pada wilayah-wilayah urban, tetapi juga di pelosok.. Antara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif. 

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Indonesia (BAKTI) melaporkan, saat ini dari target penyelesaian  4.200 base transceiver station (BTS)  pada Maret 2022 sebanyak 1900-an BTS sudah selesai dibangun dan memberikan layanan (on air).

"Saat ini, rata-rata progres pembangunan BTS 4G fase pertama, sebanyak 1.900 lokasi sudah on air, dan 2.300 lokasi lain mencapai 86%," ujar Direktur Sumber Daya dan Administrasi Bakti, Fadhilah Mathar dalam keterangan tertulis, Kamis (14/4). 

Menurut dia, bukan hal mudah membangun infrastruktur digital di desa-desa terpencil. Beberapa persoalan yang harus dihadapi antara lain : tantangan alam, persoalan logistik, transportasi, dan ketersediaan SDM.

Ditambah situasi keamanan yang  kurang kondusif di beberapa wilayah, dan terganggunnya supply chain perangkat akibat pandemi Covid-19. 

Sementara Praktisi Kebijakan Publik, Alamsyah Saragih, yang sedang melakukan telaah terhadap sektor telekomunikasi bisa memahami alasan BAKTI. Namun alasan itu berlebuhan.

Mantan Komisioner Ombudsman itu memebeberkan fakta, hingga Maret 2022, di Papua, konsorsium Lintas Arta, Huawei dan SEI justru berhasil mencapai kinerja 89% ready for installation. 

Sementara di luar Papua Fiberhome, Telkom Infra dan MTD secara keseluruhan hanya mencapi 57%, meskipun beberapa subkontraktor mereka ada yang bisa mencapai 80%. “Jadi inti masalah bukan pada kendala geografis," tegas Alamsyah.

Terkait alasan pandemi, fase pertama proyek pembangunan BTS 2021, sudah diperpanjang hingga 31 Maret 2022. Beberapa subkontraktor disampaikannya memiliki kinerja yang tinggi ditandai oleh pembayaran yang lancar. Namun masih banyak pembangunan yang terhambat karena masalah pembayaran.

"Faktanya justru terjadi kelambanan di daerah luar Papua karena banyak subkontraktor level-2 tak dibayar sesuai perjanjian seperti yang ramai diberitakan. Covid-19 sudah tidak relevan lagi dijadikan alasan setelah proyek diperpanjang," UJARNYA. 

Terkait wilayah Papua dengan gangguan keamanan tinggi, masih ada konsorsium yang berhasil mencapai Ready For Installation (RFI) hingga 89% sites. Lintas Arta dan Huawei relatif berpengalaman dalam pembangunan menara BTS out door. Manajemen logistik relatif baik, dan pembayaran kepada subkontraktor tak bermasalah.

Dengan progres pembangunan BTS yang rendah ini, Alamsyah menyarankan,  proyek pembangunan tahap 2 tidak dilanjutkan, sebelum terlebih dahulu. lakukan evaluasi teknis untuk fungsionalitas BTS yang sudah dibangun untuk mengetahui apakah service standard dapat terpenuhi dan tak berbeda satu dengan lain. 

Ia juga menyarankan  pemeriksaan dengan tujuan tertentu oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait proses lelang awal dan realisasi pembayaran hingga ke subkontraktor dan pekerja di lapangan. Proyek strategis nasional juga bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja.

Tujuannya agar dapat mengetahui akar masalah sesungguhnya keterlambatan pembangunan BTS ini. Sehingga dapat mencari solusi konstruktif agar akselerasi pembangunan BTS daerah 3T dapat segera terwujud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×