Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Alumunium Persero (Inalum) memang telah melakukan penandatanganan Sales Purchase Agreement (SPA) dengan Freeport McMoran dan Rio Tinto untuk menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Namun, Inalum belum menguasai mayoritas saham PTFI karena transaksi pembelian saham dan participating interest belum diselesaikan. Di sisi lain, PTFI juga belum mengantongi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang permanen. PTFI saat ini hanya memegang IUPK sementara yang diperpanjang setiap bulan sampai proses divestasi selesai.
Dampaknya, pembangunan smelter Freeport Indonesia menjadi tidak pasti. Head of Corporate Communication PT Inalum Rendi Achmad Witular menyebut smelter baru akan dibangun setelah PTFI mendapatkan IUPK dari pemerintah.
Proses pembangunan smelter ditargetkan bisa selesai dalam lima tahun. "Dalam lima tahun harus sudah selesai. Setelah IUPK keluar,"katanya.
Namun hingga saat ini Inalum pun belum menentukan lokasi pembangunan smelter. Rendi mengaku saat ini Inalum masih mencari lokasi tempat smelter dibangun.
"Ya, nanti kami memilih lokasinya dimana,"ujar Rendi ke KONTAN pada Jumat (28/9).
Di sisi lain, Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama mengaku pembangunan smelter baru akan dilaksanakan setelah semua kesepakatan disetujui."Nanti setelah semua kesepakatan disetujui,"pungkasnya.
PTFI pun masih bebas melakukan ekspor konsetrat tembaga biarpun kewajiban pembangunan smelter belum dipenuhi. Riza bahkan bilang kontrak ekspor PTFI masih tetap berjalan. "Kontrak kami tetap berjalan dengan pembeli luar negeri,"imbuh Riza.
Inalum pun tidak berencana untuk menghentikan ekspor konsentrat tembaga PTFI dengan pembeli luar negeri. Rendi bilang Inalum tetap akan menghormati kontrak jangka panjang PTFI. "Kontrak pembelian tetap dihormati," kata Rendi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News