Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - SORONG. Pemerintah terus berupaya mewujudkan pemerataan dan keadilan energi ke seluruh pelosok negeri. Upaya mengalirkan energi hingga ke wilayah terujung Indonesia ini diwujudkan melalui program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga dengan tujuan energi yang dialirkan dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan, hingga 31 Agustus 2024, realisasi BBM Satu Harga sudah mencapai 535 titik lokasi dan akan terus bertambah dari target 573 titik lokasi
"Daerah terbanyak saat ini ada di wilayah Papua dengan 111 titik di susul Kalimantan 107 titik," kata Heppy kepada Kontan, Senin (16/9).
Heppy menuturkan, sejak diluncurkan pada 2017, program BBM Satu Harga telah membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Menurut Heppy, inisiatif ini tidak hanya mengurangi kesenjangan harga BBM antara daerah perkotaan dan terpencil, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi lokal.
Lebih lanjut, program BBM Satu Harga memberikan peluang bagi ekonomi lokal untuk berkembang, dari usaha mikro hingga sektor pertanian dan transportasi. BBM Satu Harga tidak hanya menyediakan akses energi yang lebih merata, tetapi juga membuka pintu bagi peningkatan ekonomi di wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi secara ekonomi. Upaya ini diharapkan dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh pelosok negeri.
Mengenai keberlanjutan program ini pada tahun depan, Pertamina akan mengikuti kebijakan dan arahan dari kementerian terkait apabila program BBM Satu Harga ini akan berlanjut. Hingga saat ini penugasan hanya sampai tahun 2024.
“Kami dari Pertamina siap mengikuti arahan penugasan dan memastikan ketersediaan, keterjangkauan biaya dan akses BBM bisa terjangkau hingga ke seluruh pelosok Indonesia," ujar Heppy.
Anggota Komite Badan Pengatur Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman menambahkan, program BBM Satu Harga memberikan manfaat untuk mempermudah akses masyarakat terhadap BBM dengan harga terjangkau sehingga lalu lintas barang lebih lancar dan aktivitas masyarakat juga lebih berkembang.
Roda Perekonomian Berdenyut
Berkat BBM Satu Harga, roda perekonomian masyarakat berdenyut di salah satu wilayah ujung timur Indonesia, yakni Distrik Salawati Tengah, Raja Ampat, Papua Barat Daya. Sebabnya, distrik yang memiliki 10 kampung dengan warganya mayoritas nelayan dan petani ini tak perlu mengeluarkan biaya tinggi lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM untuk mendukung aktivitas keseharian mereka.
Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun mengatakan, SPBU BBM Satu Harga di Kampung Sakabu ini menjadi satu-satunya di Distrik Salawati yang mulai beroperasi sejak Oktober 2021.Di Maluku sendiri, saat ini 187 titik SPBU Satu harga atau 34,9% alias sepertiga dari total titik SPBU BBM Satu Harga di Indonesia yang mencapai 535 lokasi.
Kemudian jumlah SPBU BBM Satu harga di Provinsi Papua Barat Daya telah tersebar di 36 titik, yaitu 17 titik di Kabupaten Maybrat, 7 titik di Kabupaten Raja Ampat, 6 titik di Kabupaten Sorong Selatan, dan 6 titik di Kabupaten Tambrauw.
"Di Distrik Salawati Tengah ini, pelayanan BBM Satu harga di sini sampai ke daerah pemukiman transmigrasi yang sudah masuk sejak 1982," ungkap Edi saat ditemui di Raja Ampat, Jumat siang, (13/9)
Menurutnya SPBU BBM Satu harga ini bermanfaat bagi masyarakat di Distrik Salawati Tengah secara umum, baik nelayan, petani, hingga warga yang memiliki kendaraan bermotor.
Disisi lain, Zainuddin Majid dari CV Al Fazza Raja Ampat sebagai penanggung jawab SPBU BBM Satu harga di Kampung Sakabu menyebut setiap bulan Pertamina memberikan 115 kilo liter bbm. Jumlah itu terdiri dari 85 kl BBM jenis Pertalite dan 30 kl Solar.
Menurutnya pasokan BBM itu didatangkan Pertamina dari Depot Sorong, Papua Barat. Awalnya Pertamina hanya memberikan kuota 80 kl BBM ke SPBU yang dikelolanya, tetapi ada kebijakan penambahan dari Pertamina menjadi 85 kl.
"Sama seperti dengan di kota, di sini puncak kenaikan konsumsi BBM itu menjelang hari besar, tahun baru, lebaran, itu biasanya meningkat sekali. Dari Pertamina juga ada kebijakan terkait itu, biasanya ada operasi penambahan," ujar Zainuddin.
Sejak beroperasi di 2021, tidak ada kendala yang signifikan, baik dalam penyaluran maupun ketersediaan pasokan BBM. Sebab, secara jarak, Sorong tidak terlalu jauh dan terlindungi.
Sementara itu, Khaerudin Filis seorang penambang pasir asal Kampung Sakabu Distrik Salawati Tengah berterima kasih kepada Pertamina karena sudah menyediakan BBM Satu harga dengan harga yang terjangkau.
Pasalnya, kini Khaerudin hanya cukup merogoh kocek Rp 6.800 per liter saja untuk mendapatkan satu liter solar. Sebelum adanya BBM Satu harga, ia harus mengeluarkan uang Rp 10 ribu hanya untuk mendapatkan satu liter solar.
"Dengan adanya SPBU satu harga jadi murah. Jadi ongkos lebih rendah. Ini bukan kami saja yang menikmati. Di sini ada daerah transmigrasi juga sudah beli minyak (bensin) dari sini juga. Kami sangat berterima kasih. Karena masyarakat sekarang mencari tidak setengah mati, harga BBM juga sudah turun di sini," tutur Khaerudin.
Dulu, kata Khaerudin, sebelum ada SPBU Satu harga untuk produk Pertalite dipatok sebesar Rp 15.000 per liter. Ke depannya, ia berharap agar ada penambahan SPBU BBM Satu harga di Distrik Salawati Tengah.
"Kami juga berharap ada penerapan penuh (listrik) di sini agar bisa 24 jam," terangnya.
Penerangan listrik di Distrik ini hanya bisa diakses pada pukul 18.00 WIT sampai dengan 06.00 WIT. Itu sebabnya, pengisian BBM Satu harga di Distrik Sulawati Tengah ini tidak menggunakan dispenser bahan bakar atau mesin di SPBU yang digunakan untuk mempompa bensin pada umumnya. Hal ini lantaran terkendala akses listrik sehingga SPBU ini menyalurkan BBM dengan cara manual menggunakan takaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News