Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiap tahun, kapasitas produksi kendaraan otomotif nasional terus meningkat. Namun, utilisasi produksi terbilang rendah yakni hanya sekitar 60% dari kapasitas terpasang.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Harjanto menjelaskan, saat ini pihaknya bersama dengan Kementrian Keuangan membahas harmonisasi pajak kendaraan. Salah satunya untuk model kendaraan sedan.
"Ini supaya kita bisa mendorong ekspor sedan ke negara lain. Jadi tidak hanya kita bisa banyak produksi jenis MPV saja," jelas Harjanto kepada KONTAN beberapa saat lalu.
Salah satu pasar sedan yang dituju yakni Australia. Menurutnya di Australia pasar sedan dan kendaraan SUV cukup baik.
Selain itu untuk penerapan produksi kendaraan Euro 4 untuk kendaraan penumpang akan mulai diterapkan tahun ini. Hal ini mengingat di negara lain sudah menerapkan standar emisi Euro 4 ke atas. "Kapasitas produksi untuk penjualan nasional sebenarnya sudah cukup optimal tetapi peluang untuk ekspor sebenarnya punya peluang besar," tambah Harjanto.
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) menjelaskan supaya produksi bisa berkembang perlu ada harmonisasi pajak juga untuk kendaraan jenis lain. Khususnya untuk kendaraan jenis sedan.
Saat ini PPNBm untuk sedan dikenakan 30%. Sedangkan untuk mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) yakni 10%. "Perlu ada harmonisasi pajak supaya orang ada pilihan untuk membeli. Jadi tidak hanya jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) maupun LCGC yang bisa diminati dan dibeli masyarakat," jelas Kukuh kepada KONTAN, beberapa saat lalu.
Bila sedan ini ada peminat maka investasi Agen Pemegang Merk (APM) bisa kembali ke Indonesia lagi. Apalagi Di era tahun 90-an industri dalam negeri ada 19 pabrikan yang mampu memproduksi sedan di dalam negeri. Seperti Chevrolet maupun Mazda. Sekarang hanya tinggal tiga yang produksi sedan di dalam negeri sepert Toyota, BMW, dan Mercedes-Benz. "Sementara sisanya kita harus impor dari negara lain," jelasnya.
Alhasil, yang diuntungkan bukan Indonesia. Melainkan negara tetangga seperti Thailand. Negara tersebut bisa menikmati produksi, serta penjualan mobil sedan leluasa dan juga bisa mengekspor ke negara lain. "Perlu diingat sedan merupakan salah satu segmen pasar terbesar di panggung otomotif global," ujarnya
Saat ini Thailand bisa produksi 2 juta unit. Dengan komposisi 800 ribu-an dalam negeri, sisanya diekspor. Sedangkan kapasitas produksi Indonesia 2,2 juta.
"Utilisasi belum optimal karena setahun kita hanya produksi sekitar 1,1 juta unit untuk pasar domestik. Sedangkan hanya 200 ribu-an untuk ekspor," tambahnya
Menurut Kukuh, perlu ada pengurangan pajak tujuan utamanya supaya kompetitif juga dengan Thailand. Apalagi selama ini, pasar kita penuh dengan MPV karena perbedaan pajak.
Bila sedan bisa diproduksi massal di sini, maka ruang kapasitas terpasang bisa dipakai lagi dan juga bisa ekpsor. "Apalagi beberapa saat lalu, Australia juga sudah stop produski kendaraan. Kita punya peluang besar untuk ekspor ke negara lain," tambahnya.
Sisi lain perlu diperhatikan penerapan standar Euro 4. Sisi pendukung produksi ini perlu diperhatikan agar tidak perlu dua line produksi untuk domestik dan ekspor. "Hasil akhirnya semua produksi kita jadi efisien," jelasnya.
R. Uchiki, GM Strategic Planning Dept PT Suzuki Indomobil Motor menjelaskan hasil output produksi tentunya tergantung dengan permintaan pasar. "Kami optimis permintaan pasar domestik akan meningkat lebih dari dua kali ke depannya," kata Uchiki kepada KONTAN, Senin (22/1).
Selain itu untuk meningkatkan produktivitas pabrik Suzuki, ekspor mobil pun sudah dilakukan ke mancanegara. Dari tahun 2012-2017 Suzuki sudah melakukan ekspor ke 81 negara di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News