Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah melaporkan La Nina tengah berkembang dan diperkirakan berlangsung hingga April 2021.
Adanya La Nina ini pun menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normal.
Dengan adanya La Nina ini, Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas meminta agar pemerintah mengantisipasi penurunan gabah pada pada Januari-Februari 2021.
Menurut dia, hal itu perlu diantisipasi karena akibat La Nina biasanya terjadi banjir di Januari dan Februari.
Baca Juga: Cuaca besok di Jawa dan Bali: Bandung hujan sedang, Surabaya hujan petir
"Januari dan Februari itu sudah banyak yang panen karena sekarang ini sudah mulai tanam. Jadi panen Februari itu perlu diantisipasi betul-betul karena dampaknya menyebabkan mutu gabah menurun tajam," kata Dwi kepada Kontan, Senin (26/10).
Menurutnya, menurunnya mutu gabah tersebut akibat kondisi gabah yang basah usai panen pertama. Dengan mutu gabah yang menurun, maka ini akan berdampak pada turunnya harga di tingkat usaha tani.
"Itu yang harus di dibantu pemerintah, jadi siap-siap dari sekarang. Itu yang penting," kata Dwi.
Dia juga mengatakan, hal yang perlu diperbaiki di tengah La Nina ini adalah asuransi pertanian. Pasalnya, pada awal tahun 2019, dia menemukan masih ada petani yang tidak bisa mengajukan klaim karena berbagai alasan.
Namun dia tetap menyarankan agar petani memiliki asuransi pertanian untuk mengantisipasi dampak gagal panen akibat banjir di sekitar Januari-Februari.
Baca Juga: Ini strategi Mentan Yasin Limpo antisipasi dampak La Nina