kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,72   -2,83   -0.32%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Ingin Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah oleh Koperasi Dipercepat


Kamis, 09 Juni 2022 / 23:29 WIB
Pemerintah Ingin Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah oleh Koperasi Dipercepat
ILUSTRASI. Produk minyak makan merah (minyak sawit merah)?di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Sumatera Utara, Kamis, (9/6/2022).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan, saat ini pembangunan pabrik minyak makan merah oleh koperasi mendesak untuk segera dilakukan, sehingga perlu dipercepat demi merespons kebutuhan akan minyak goreng.

Di samping itu minyak makan merah juga potensial memberikan nilai tambah bagi petani sawit. Teten juga menyebut, minyak makan merah cenderung lebih sehat dan punya banyak manfaat.

"Dengan adanya ini juga dapat memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng dan dapat menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat," kata Teten dalam keterangan tertulis, Kamis (9/6).

Adapun pilot project pengembangan minyak makan merah oleh koperasi juga mulai diinisiasi di Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah.

Sedangkan, teknologi untuk menghadirkan minyak makan merah, Teten mengatakan ia telah melihat langsung pembuatan minyak makan merah oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Teknologi tersebut juga dirasa akan sangat mudah diterapkan kepada koperasi dan UMKM.

Baca Juga: Ingin Kadar Kolesterol Jahat Turun dengan Cepat? Lakukan 10 Hal Berikut Ini

"Saya lihat teknologi untuk hasilkan minyak makan merah sudah ada di PPKS (pusat penelitian kelapa sawit). Skala ekonomis dari teknologi ini bahkan dapat menghasilkan 500 kilogram minyak makan merah per jam. Saya akan bicara dengan Menteri BUMN agar memproduksi alat ini lebih banyak, supaya ketika piloting kita dapat dukungan teknologi dari PPKS," kata Teten.

Upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan melalui hilirisasi produksi minyak makan merah oleh koperasi memerlukan sinergi dan dukungan kemitraan dari seluruh stakeholder terkait.

"Saya berharap kemitraan ini dapat berjalan dengan baik, karena tahapan dari adanya inovasi, kemudian kolaborasi, yang selanjutnya adalah adanya akselerasi oleh kita semua, sehingga dapat memberikan hasil sesuai yang kita harapkan bersama," tuturnya.

Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) M. Edwin Syahputra Lubis mengungkapkan, pihaknya telah menghasilkan inovasi yang diharapkan menjadi upaya dan langkah baru, dalam rangka pengentasan stunting, sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi agar usahanya mampu naik kelas.

Inovasi tersebut adalah minyak makan merah, yang merupakan produk turunan dari minyak kelapa sawit dengan nutrisi berupa fitonutrein (karoten dan vitamin E) yang tinggi, serta kualitas asam lemak yang sangat baik bagi kesehatan.

"Minyak makan merah juga dapat menjadi jawaban untuk pengentasan stunting karena minyak makan merah memiliki asupan vitamin yang unggul dibandingkan dengan minyak goreng biasa," ucap Edwin.

Direktur Riset Perkebunan Nusantara Teguh Wahyudi menambahkan, dari 14,59 juta hektar luas perkebunan sawit di Indonesia, 6,04 juta hektar atau 41% dikelola oleh petani swadaya dan dari total produksi sebanyak 44,8 juta ton, 35% di antaranya adalah hasil dari sawit rakyat.

Sumatra Utara, sendiri telah menjadi provinsi pionir penghasil kelapa sawit, dan ingin memberikan nilai tambah dari industri sawit khususnya di tingkat perekonomian rakyat melalui koperasi.

"Hal yang paling penting kita hadirkan teknologinya untuk digunakan oleh rakyat atau koperasi. Jadi rakyat tidak hanya sampai TBS saja tapi juga mendapatkan nilai tambah," ucap Teguh.

Baca Juga: Ekonom Nilai Menaikkan Pajak Ekspor Lebih Ideal Ketimbang Kebijakan DMO Minyak Sawit

Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi menuturkan, dengan inovasi minyak makan merah, TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dari petani tidak perlu lagi bergantung kepada pabrik minyak goreng. Edy menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan rapat untuk mengembangkan minyak makan merah di Sumatra Utara.

"TBS yang ada dirakyat akan dibawa ke pabrik biasanya dan ditambah potongan sampai 7%. Kalau begitu caranya, TBS mereka kita kumpulin dan tak usah kita bawa ke pabrik. Artinya kalau kita siapkan ini dengan alat yang sederhana, saya rasa kita mampu membuat minyak merah ini. Sehingga kepusingan pemerintah karena minyak goreng ini bisa teratasi," kata Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×