Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Test Test
JAKARTA. Pembahasan tentang pengelolaan operator Trans-Jawa masih terus menggelinding. Bahkan saat ini pemerintah tengah menggodok dua konsep bundling untuk ruas gemuk dan ruas kurus pada tol Trans-Jawa.
"Itu yang sedang kita jajaki," ujar Direktur Pengembangan Niaga PT Jasa Marga, Abdul Hadi, akhir pekan lalu.
Konsep pertama adalah membentuk satu perusahaan, kemudian pemegang sahamnya akan dibagi-bagi. Sementara itu konsep kedua adalah dengan membentuk perusahaan induk atau holding company.
Beberapa waktu lalu, sempat mencuat rencana pemerintah untuk membentuk perusahaan induk. Pemerintah bakal merevisi UU Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pembebasan Lahan yang bakal rampung pada 2010. Nah, gagasan pembentukan perusahaan induk itu untuk mendorong proses pembangunan sejumlah ruas jalan tol Trans-Jawa yang mandek, khususnya pada seksi yang pengembalian investasinya rendah.
Namun, hingga saat ini, imbuh Abdul Hadi, hal tersebut masih belum diputuskan. Semuanya masih akan dikaji agar proyek tersebut menjadi feasible sehingga bisa mendapatkan dana dari perbankan. Jika tak meleset, sesuai target pemerintah, jalan tol Trans-Jawa itu akan rampung pada tahun 2014.
Jika memang konsep holding company ini yang dipilih, pemerintah menginginkan PT Jasa Marga menjadi pemimpin holding company Trans Jawa, meski tidak menutup pintu bagi operator lain.
Direktur Utama PT Jasa Marga Frans Sunito mengaku mengusulkan pembentukan holding company ini. Jasa Marga juga siap memimpin. “Total saham kami di proyek Trans-Jawa mencapai 60%–70% ,” katanya.
Dari 808 km yang merentang dari Jakarta hingga ke Surabaya, baru 155 km yang terbangun. Nantinya, proyek ini bakal memiliki setidaknya 10 ruas tol yang bakal saling terhubung.
Tol Trans-Jawa ini menyedot dana sekitar Rp 36 triliun. Kepala Badan Pengelolaan Jalan Tol (BPPJT) Nurdin Manurung menegaskan, jika swasta tidak bisa menanggung keseluruhan Rp 36 triliun tersebut, maka perlu ada dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 8 triliun. Nah, dana APBN tersebut digunakan untuk menyurung swasta agar ikut berpartisipasi dalam membangun tol Trans-Jawa.
"Sekarang masih menunggu persetujuan dari Departemen Keuangan. Jika dananya cair, akan kita kucurkan secara bertahap," kata Nurdin.
Selain Jasa Marga, yang menggarap proyek tol Trans-Jawa ini adalah grup Bakrie melalui PT Bakrie Toll Road.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News