Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pemerintah kesulitan untuk menekan lonjakan konsumsi premium. Perbedaan harga yang cukup besar antara premium dan pertamax mengakibatkan semakin banyak warga yang beralih ke premium.
"Kita belum menemukan bahan bakar alternatif yang tepat karena itu terkait dengan infrastruktur. Kami sudah mulai rapat. Segala kemungkinan akan kita coba," ujar Dirjen Migas, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo, Kamis (24/3).
Evita mengaku, saat ini pemerintah sedang mencari bahan bakar alternatif yang harganya di atas harga premium dan di bawah harga pertamax. Pasalnya, energi bahan bakar alternatif yang disiapkan oleh pemerintah berupa LGV dan CNG membutuhkan alat tambahan seperti converter kit. Untuk memasang converter kit, pengguna kendaraan bermotor harus merogoh kocek sebesar Rp 10 juta.
"Jadi saat ini yang kita lakukan adalah memperkuat kelembagaan bahwa BPH Migas diminta ESDM untuk lebih meningkatkan pengawasan supaya distribusi lebih lancar dan cukup kuota," terang Evita.
Guna menekan kuota premium, kata Evita, pemerintah bakal melakukan uji coba kartu kendali seperti penggunaan kartu bayar dan RFID. "Kartu bayar itu seperti halnya dengan Guest Card di Mandiri tapi ini nanti dipakai untuk mobil. Anggarannya akan kita upayakan," jelas Evita.
Evita menambahkan, Menteri ESDM akan menyampaikan surat kepada Pertamina dan BPH Migas per tanggal 1 April 2011 untuk melakukan pengetatan pengawasan distribusi. Karena, BPH Migas telah menemukan adanya indikasi tindak penyelundupan BBM di beberapa tempat di Indonesia seperti Kalimantan dan Riau.
"Ada di beberapa tempat yang melakukan spekulasi karena dipikirnya mau naik padahal kita sampaikan tidak ada kenaikan harga," jelas Evita.
BPH Migas saat ini sedang melakukan penyelidikan terkait dengan tindakan penyelundupan itu. Berdasarkan hasil temuan sementara, banyak BBM bersubsidi bocor kepada kalangan industri yang tidak seharusnya berhak mendapatkan BBM bersubsidi.
"Bukan murni karena disparitas harga tetapi karena ada beberapa oknum yang memang sengaja memanfaatkan kondisi ini. Kebanyakan digunakan bocor untuk industri pertambangan," kata sumber KONTAN.
Sayangnya, sumber KONTAN enggan mengatakan berapa besar total temuan volume BBM yang berhasil diselundupkan. "Kita masih selidiki. Kita tidak hanya menyusuri dari pembeli tetapi juga kepada agen distribusinya," jelas dia.
Seperti diketahui, konsumsi premium pada kuartal I tahun ini terus melonjak hingga 5,5%. Pada awal Januari 2011, konsumsi premium sebesar 64.100 kilo liter (kl) per hari. Kemudian pada Februari 2011, konsumsi premium melonjak menjadi 65.070 kl per hari.
Konsumsi premium terus naik pada Maret 2011 ini menjadi 67.620 kl per hari. Padahal, kuota pemerintah untuk konsumsi premium hanya sekitar 63.536 kl per hari.
Sebelumnya, Anggota BPH Migas menyatakan, kenaikan harga Pertamax akan memicu tingginya tingkat penyelewengan serta makin maraknya pedagang pengecer bahan bakar minyak di berbagai daerah. BPH juga melihat adanya penurunan konsumsi BBM nonsubsidi di beberapa daerah.
Berdasarkan hasil pengamatan BPH Migas di Banjarmasin misalnya, tidak hanya masyarakat yang kembali menggunakan BBM subsidi tetapi juga pihak industri yang bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News