Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Persaingan pasar daging sapi bakal semakin ketat di tahun 2010 mendatang. Pasalnya, pemerintah secara resmi telah membuka izin impor daging sapi dari Irlandia, setelah sebelumnya mengizinkan impor daging sapi dari Brazil.
Dengan adanya dua izin baru itu, maka tercatat ada enam negara yang boleh memasukkan daging sapi ke Indonesia. Mereka adalah Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Kanada.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veterinary Departemen Pertanian (Deptan) Turni Rusli Syamsudin mengatakan, izin impor dari dua negara tersebut hanya diberikan untuk daging tanpa tulang bukan jeroan dan karkas. Sebelumnya, impor sapi dari Irlandia dan Brazil dihentikan karena wabah penyakit sapi gila dan penyakit mulut dan kuku. “Irlandia telah berhasil mengontrol penyakit Bovine Spogiform Enchepalopathy-penyakit sapi gila),” kata Turni di Jakarta, belum lama ini.
Meski begitu, Irlandia dan Brazil adalah negara yang masuk dalam pengawasan importasi daging sapi. Sehingga pemerintah akan berhati-hati dalam pelaksanaan importasi daging sapi tersebut.
Saat ini, ada tiga status negara importir, yakni negara bebas penyakit, negara kontrol dan negara wabah. Dari tiga status ini, maka importasi hanya bisa dilakukan untuk negara bebas penyakit dan negara kontrol.
Sebelum mengeluarkan izin importasi daging sapi itu, pemerintah melalui Departemen Pertanian telah melakukan analisis risiko terhadap rumah potong hewan, khususnya sapi di Irlandia. Dalam analisanya, Tim Analisis Risiko Indonesia (TARI) melihat sistem keamanan pangan yang bersangkutan, mulai dari pelaksanaan peraturan kesehatan hingga fasilitas laboratorium dan pemeriksaan kesehatan hewan. “Dari hasil analisa itu, maka pemerintah memutuskan untuk membuka impor,” kata Turni.
Pembukaan impor dari kedua negara ini diharapkan bakal memberikan alternatif pasokan daging impor serta meningkatkan kualitas. Selama ini, impor daging sapi didominasi oleh Australia dengan porsi 60%, dan Selandia Baru dengan porsi 30% dari total impor 70.000 ton per tahun.
Hanya saja Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Teguh Budiana mengkhawatirkan dibukanya pasar impor daging dari kedua negara tersebut bakal mematikan petani dan peternak lokal. “Akan terjadi gempuran produk daging sehingga harga akan turun dan tidak akan merangsang petani untuk beternak lagi,” kata Teguh.
Menurut Teguh, pembukaan izin itu sangat kontradiktif dengan keinginan dan sasaran pembangunan pemerintahan SBY-Boediono untuk berswasembada daging sapi pada tahun 2010. Di satu sisi, pemerintah membuka impor daging secara besar-besaran. Tapi, di sisi lain, mereka juga berkeinginan mengembangkan peternakan dan pemenuhan daging domestik. “Pemerintah jangan berpikir pragmatis, namun harus jangka panjang,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News