kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah proyeksikan penjualan listrik naik 6,40% tahun ini


Senin, 18 Februari 2019 / 11:20 WIB
Pemerintah proyeksikan penjualan listrik naik 6,40% tahun ini


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018, penjualan tenaga listrik naik 5,14% atau mencapai angka 232,43 Terra Watt Hour (TWh). Tingginya penjualan listrik menjadi salah satu barometer utama tumbuhnya perekonomian, dimana dalam lima tahun terakhir realisasi penjualan tenaga listrik terdongkrak oleh sektor industri.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menjelaskan bahwa pada tahun 2015, penjualan tenaga listrik mencapai 213,46 TWh. Penjualan ini bertambah setahun kemudian di tahun 2016 menjadi 221,07 TWh atau tumbuh 3,56%. Kemudian terus menembus angka 232,43 TWh, naik 5,14% pada tahun lalu.

Ego menyebutkan, pada tahun 2019, pemerintah memproyeksikan sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan terjadi kenaikan sebesar 6,40% atau menembus angka 247,3 TWh.

"Kalau kita melihat realisasi penjualan tenaga listrik oleh PT PLN dari tahun ke tahun terus naik terutama dalam dua hingga tiga tahun terakhir. Secara garis besar, kebutuhan listrik kalau dari realisasi penjualan naik," kata Ego seperti yang dikutip dalam keterangan resmi Kemenetrian ESDM, Senin (18/2).

Ego menerangkan, untuk mencapai target tersebut, pihaknya masih mengandalkan konsumsi listrik dari sektor industri. Adapun, total konsumsi listrik sektor industri sepanjang tahun 2018 mencapai 76,345 TWh atau tumbuh 32,85% dari tahun sebelumnya, yaitu 71,72 TWh.

Pertumbuhan ini didapat dari 87.829 pelanggan terdiri dari pelanggan prabayar (23.602) dan pascabayar (64.227). Dari tahun ke tahun, lanjut Ego, penjualan listrik didominasi oleh sektor industri yang jumlah pelanggannya sekitar 69.000 atau naik 10.000 dari tahun 2016 ke tahun 2017.

"Memang kebutuhan listrik yang besar datang dari industri selain rumah tangga, seperti industri hilirisasi pertambangan maupun listrik yang membutuhkan listrik yang besar," jelasnya.

Selain itu, meningkatnya penjualan listrik dari sektor industri tak lepas dari efisiensi harga listrik. Indonesia masih tergolong sebagai salah satu negara dengan tarif yang kompetitif di wilayah Asia Tenggara.

Data Januari 2019, tarif listrik industri besar di Indonesia rata-rata sebesar US$ 7,47 sen per kilo Watt hour (kWh). Tarif ini j lebih murah ketimbang Singapura US$ 13,15 sen per kWh, Filipina US$ 11,19 sen per kWh, Thailand US$ 8,07 sen per kWh serta Malaysia US$ 7,61 sen per KWh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×