Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah akan memanfaatkan turunnya harga minyak dunia untuk membangun cadangan penyangga dan operasional strategis, sebagai upaya menjaga ketahanan energi sesuai rekomendasi Dewan Energi Nasional.
"Kita akan mencari cara bagaimana memanfaatkan turunnya harga itu untuk membangun stok cadangan. Cadangan nasional kita kan hanya punya cadangan konsumsi. Kita tidak punya cadangan strategis," kata Menteri ESDM Sudirman Said, Kamis (15/1).
Sudirman mengatakan pemerintah telah memiliki ide terkait pembentukan cadangan energi strategis, namun selama ini anggarannya masih terpakai untuk belanja subsidi energi.
"Itu usulan yang baik dan sudah lama kita harus punya itu. Tapi, kesempatannya belum ada," katanya.
Sudirman menambahkan idealnya Indonesia memiliki cadangan energi strategis, terutama minyak, untuk menjaga pasokan dalam keperluan darurat selama 30 hari.
Upaya itu, kata dia, segera dilakukan mengingat pemerintah telah memiliki ruang fiskal setelah mencabut subsidi untuk premium dan harga minyak sedang mengalami penurunan.
"Kita terus mengamati harga yang menurun. Kita lagi menghitung (penyesuaian harga BBM) dan pada waktunya akan diumumkan. Tapi, pertama-tama saya harus menyelesaikan revisi Peraturan Menteri ESDM," katanya.
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) berdasarkan rapat anggota selama dua hari terakhir mendorong pemerintah untuk memanfaatkan penurunan harga minyak dunia dengan mulai membangun embrio cadangan energi penyangga dan operasional.
"Minimum target kita adalah menyadarkan presiden dan kabinet untuk melakukan langkah strategis salah satunya dengan mengimpor minyak sebanyak yang kita mampu untuk disimpan sebagai cadangan penyangga di semua kilang dan tangki yang kita punya," ujar anggota DEN Bidang Teknologi Andang Bachtiar dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/1).
Ia menuturkan sebelum melakukan langkah tersebut, pemerintah beserta instansi terkait perlu mendata secara rinci berapa jumlah dan kapasitas seluruh tangki untuk menimbun minyak serta menghitung jumlah dana untuk mengimpor minyak mentah tersebut.
Selain itu, perlu disusun regulasi mengenai cadangan penyangga yang selama ini belum ada. Pemerintah juga perlu memulai penggunaan teknologi untuk menginjeksikan minyak mentah ke beberapa 'depleted oil reservoir' di lapangan migas terdekat dengan kilang-kilang minyak.
Saat ini terdapat sepuluh kilang minyak yang dimiliki Pertamina maupun swasta yaitu kilang Dumai (kapasitas 127 MBCD), Sungai Pakning (50 MBCD), Plaju (127,3 MBCD), Cilacap (348 MBCD), Balongan (125 MBCD), Cepu (3,8 MBCD), Tuban (100 MBCD), Balikpapan (260 MBCD), Kasim (10 MBCD), dan kilang milik PT Tri Wahana Universal (6 MBCD).
Tiga kilang lain yaitu perluasan kilang Balongan (kapasitas 125 MBCD), Tuban (200 MBCD) dan TWU 2 (10 MBCD) sedang dalam proses rencana dan konstruksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News