kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Pemerintah Susun Perpres Carbon Capture Storage (CCS), Ini Bocoran Isinya


Rabu, 26 Juli 2023 / 19:02 WIB
Pemerintah Susun Perpres Carbon Capture Storage (CCS), Ini Bocoran Isinya
ILUSTRASI. Pemerintah Susun Peraturan Presiden (Perpres) Carbon Capture Storage (CCS). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara./hp.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

Peluang Bisnis Baru 

Tutuka optimsitis, ke depannya penyimpanan karbon ini bisa menjadi bisnis baru yang bisa dioptimalkan di Indonesia. 

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan pengembangan CCS/CCUS sangat penting karena merupakan game changer bagi Indonesia yang gencar melakukan dekarbonisasi. 

“Untuk mencapai Net Zero Emission di 2050 program dekarbonisasi atau pengembangan energi baru terbarukan (EBT) saja tidak cukup,” ujar Nicke kemarin (25/7). 

Pasalnya, hingga 2060 energi fosil masih dimanfaatkan, meski cenderung berkurang. Namun, untuk menyeimbangkan emisi yang keluar dengan produksi energi fosil ini, diperlukan inisiatif yang bersifat negative carbon yakni CCS. 

Baca Juga: Dukung Target Net Zero Emission Tahun 2060, Ini Strategi Pertamina

Pertamina memiliki tanggung jawab besar sebagai motor untuk mencapai komitmen nol emisi. Sektor energi diproyeksikan sebagai sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia tahun 2030, dan juga diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengurangan emisi karbon. 

Nicke menyebut, saat ini emisi per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata emisi CO2 per kapita dunia (di bawah 3 ton per orang). Adapun, Indonesia memiliki potensi dari klaster Integrasi untuk CCUS end-to-end dan berinovasi sebagai penyedia energi hijau di klaster tersebut. 

Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, kapasitas penyimpanan CO2 potensial mencapai 80 giga ton hingga 400 giga ton CO2 di depleted reservoir serta saline aquifer

Dengan kapasitas penyimpanan CO2 yang sangat besar ini, proyek dekarbonisasi di Indonesia juga akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan emisi dunia.

“Melihat ini, banyak negara dan industri yang tertarik bekerja sama dengan Pertamina khususnya karena kami sudah berhasil melakukan CCUS di Jatibarang bersama partner dari Jepang. Hasilnya juga bagus,” ujarnya. 

Saat ini Pertamina tengah melakukan proyek penangkapan karbon di Lapangan Sukowati, Jawa Timur. 

Dengan demikian, lanjutnya, kompetensi atau pengalaman Pertamina mengembangkan CCUS yang dikuatkan juga dengan potensi yang dimiliki Indonesia, merupakan terobosan sangat besar yang dilakukan Pertamina. 

President Indonesia Petroleum Association (IPA), Yuzaini Md Yusof dalam sambutannya, mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup cepat bergerak dalam implementasi CCS/CCUS. 

Hal ini tercermin dari adanya Peraturan Menteri ESDM no 2/2023 tentang pengaturan CCS/CCUS di industri hulu migas. 

Ke depan, lanjutnya, ada beberapa hal yang harus disiapkan  Indonesia untuk mengimplementasikan CCS/CCUS ialah  kebijakan fiskal, tax credit serta kebijakan harga karbon serta kesiapan storage carbon.

"Meskipun proyek CCS/CCUS sudah mulai berkembang, masih banyak proyek  yang berisiko tinggi dan membutuhkan dukungan regulasi lebih lanjut,” ujarnya. 

Baca Juga: Dorong Kinerja, Ini Strategi Bisnis Hulu Migas Pertamina Agar Sejalan Transisi Energi

Keberhasilan  proyek CCS/CCUS utamanya masih bergantung pada dukungan regulasi dan daya tarik secara komersial. 

“Tentu masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan," jelas Yuzaini. 

Indonesia Petroleum Association (IPA) Board, yang juga Presiden Direktur ExxonMobil Cepu Limited, Carole Gall, mengungkapkan bahwa ExxonMobil memproyeksikan  permintaan energi naik 15% rata-rata per tahunnya. Kemudian 55% dari permintaan dunia akan energi tersebut akan dipenuhi dari migas.

"Ini masih merupakan jumlah energi signifikan yang dipenuhi dari migas. Itu semua masih membutuhkan migas, solusi nya tangani emisi dari migas adalah CCS/CCUS,” ujarnya. 

Carole menjelaskan, selain menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan energi untuk beberapa dekade ke depan, sektor migas memainkan peran penting sekaligus unik dalam transisi energi karena memiliki sumber daya manusia yang mumpuni dalam mengawal transisi energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×