Reporter: Gloria Haraito | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Niat Kuwait Petroleum Corp menernakkan duitnya di Indonesia disambut baik pemerintah. Kemarin (14/12), Kuwait Petroleum bertemu dengan Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat; Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan; dan jajaran direksi PT Pertamina (Persero).
Hidayat mengatakan, dalam pertemuan itu Kuwait Petroleum tetap meminta pemerintah menyediakan insentif bagi perusahaan. Namun bentuk insentif itu sendiri belum dibahas lebih detail mengingat saat ini Kuwait Petroleum masih melakukan prastudi kelayakan alias prefeasibility study. "Diskusi memang membicarakan kemungkinan insentif," ujar Hidayat kemarin.
Dalam investasi ini, Kuwait Petroleum akan menggandeng Pertamina meningkatkan kapasitas kilang Balongan. Saat ini kilang Balongan bisa memproduksi minyak 125.000 barel per hari. Rencananya, investasi ini akan meningkatkan produksi kilang Balongan hingga 300.000 barel minyak per hari.
Gita mengatakan, investasi Kuwait Petroleum di kilang ini bisa mencapai US$ 6 miliar-US$ 8 miliar. Dalam rencana kerjasama ini, Kuwait Petroleum berkaca pada pengalaman investasinya di Vietnam. Saat ini, pemerintah masih menunggu pengajuan detail insentif yang diinginkan Kuwait Petroleum. "Kami masih menunggu permintaan insentif spesifik dari mereka, nanti kami akan pertimbangkan," kata Gita.
Dia memandang, insentif yang akan diloloskan pemerintah adalah yang adil kedua pihak. Gita mengakui, kerjasama ini akan membantu Indonesia menciptakan ketahanan energi dan menciptakan lapangan usaha baru. Namun di sisi lain, insentif dan kerjasama ini harus adil bagi kedua pihak. "Mereka membandingkan dengan investasi di Vietnam. Ya pengajuan mereka harus fair, kita tidak usah memberikan sesuatu yang tidak perlu kita berikan," lanjut Gita.
Sebelumnya, Kuwait Petroleum sudah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pertamina Agustus silam. Saat ini, Kuwait Petroleum tengah melangsungkan prastudi kelayakan sampai dua hingga tiga bulan ke depan. Selanjutnya, perusahaan akan melakukan studi kelayakan selama enam bulan. Dus, studi kelayakan ini diharapkan selesai Agustus 2011.
Saat itulah akan diputuskan investasi ini layak dilanjutkan atau tidak. Jika berlanjut, pembangunan kilang diharapkan dimulai awal 2012 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News