Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Austindo Nusantara Jaya Tbk pada kuartal III 2018 kurang menggembirakan. Meski mencatat kenaikan produksi di hampir semua lini usahanya, emiten dengan kode saham ANJT ini menderita kerugian.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia pekan lalu, ANJT mencatat kenaikan pendapatan sebesar US$ 110,73 juta atau meningkat 1,57% dari periode sama tahun 2017 yang sebesar US$ 109,01 juta.
Pendapatan tersebut berasal dari penjualan kelapa sawit dan inti sawit sebesar US$ 109,45 juta atau naik 6,57%, tepung sagu sebesar US$ 505,417 atau naik tajam 593%, penjualan edamame US$ 373.138 atau naik 27,7% dan penjualan lain -lain sebesar US$ 5.506.
Tapi, ANJT tidak mendapatkan penjualan dari produktembakau, padahal pada kuartal III 2017 lalu, ANJT mencatat pendapatan sebesar US$ 1,33 juta dari penjualan tembakau. Karena itu, perusahaan mencatat rugi bersih sebesar US$ 391.359 atau turun signifikan dari sebelumnya yang mencatat keuntungan US$ 41,51 juta.
Direktur Keuangan ANJT Lucas Kurniawan mengatakan, peningkatan volume produksi Crude Palm Oil (CPO) tidak dapat menggerek pendapatan lantaran harga jual CPO yang sedang turun di pasar global karena suplai yang melimpah. Akibatnya harga jual produk ANJT juga ikut kena imbasnya.
"Harga jual rata-rata CPO kami turun 13% dan inti sawit turun 14% dibandingkan periode sama 2017,"ujar Lucas kepada Kontan.co.id, Selasa (6/11).
Sementara itu, untuk produk tembakau, ANJT memang mencanangkan untuk keluar dari bisnis tersebut dan secara bertahap menurunkan pembelian dan pengolahan tembakau. "Pembelian terakhir kami tahun 2015. Penjualan di 2017 adalah penjualan sisa stok tembakau,"imbuhnya.
Sementara sejak 2013, ANJT sudah fokus pada lini usaha bidang pangan yang berbasis industri pertanian dan perkebunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News