Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Tahun 2022 target penerima beasiswa 1.000 orang. Sosialisasi akan dimulai bulan Mei bersamaan dengan kelulusan SMA sehingga diharapkan lebih banyak calon mahasiswa yang terjaring. Enam perguruan tinggi tempat mahasiswa penerima beasiswa belajar juga diharapkan ikut melakukan sosialisasi, terutama di daerah-daerah tempat mahasiswa berasal. Berdasarkan monev ke AKPY dan LPP, beberapa persyaratan diubah karena itu menyulitkan calon siswa untuk mendaftar.
Fokus pengembangan SDM selain pendidikan juga pelatihan. Pelatihan sudah diadakan di 21 provinsi dengan total kelas pelatihan 229 dan SDM yang dilatih 9.679 orang. Tahun 2021 rekomtek pelatihan 2,507 orang dengan rincian 498 orang telah dilatih PT LPP Agro Nusantara sedang 2.507 orang lagi direncanakan tahun 2022. Lembaga pelatihan selain LPP adalah PPMKP Ciawi, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, AKPY, PT Sumberdaya Indonesia Berjaya dan PT Best Planter Indonesia. Tahun 2022 target pelatihan 5.100 orang.
Alur pengusulan pelatihan SDM adalah disbun kabupaten melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengajuan usulan calon penerima pelatihan SDM perkebunan kelapa sawit. Usulan disampaikan ke Disbun Provinsi untuk verifikasi kemudian SK Kadisbun Prov calon penerima pelatihan. Ditjenbun melakukan verifikasi usulan provinsi dan menerbitkan rekomtek. BPDPKS melakukan verifikasi rekomtek dan menetapkan lembaga pelatihan.
“Jumlah penerima beasiswa dan pelatihan masih terlalu sedikit dibanding luas kebun kelapa sawit yang mencapai 16 juta ha dan kebun kelapa sawit rakyat yang mencapai 6,9 juta Ha. Masih banyak pekerjaan rumah yang besar dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan Pelatihan SDM merupakan investasi supaya kelapa sawit kita semakin lebih kuat,” kata Baginda.
Baginda yakin SDM yang sudah mendapat pendidikan dan pelatihan pasti lebih kompeten dibanding yang belum. Lulusan D1 pasti lebih kompeten dalam dasar teori dan penerapannya dibanding yang hanya lulus SMA. Lembaga pendidikan juga harus memberikan sertifikat kompetensi kepada lulusannya untuk berberapa bidang dalam perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Petani Sawit Bangun Rantai Pasok CPO untuk Produksi Minyak Goreng
Salah satu mahasiswa penerima beasiswa adalah Adinda Nabila Siregar , anak pekebun dari Sumatera Utara yang berkuliah di Poltek CWE. Awal mula tertarik ikut beasiswa adalah informasi dari teman kemudian mencari tahu lebih dalam lagi, mendaftar, test dan diterima.
“Kampus saya fokus pada kelapa sawit. Banyak ilmu yang saya dapatkan terkait perkembangan kelapa sawit. Dengan ilmu itu ketika saya libur dibagikan dengan membagi tips pada masyarakat sekitar yang sebagian besar merupakan pekebun sawit,” katanya.
Orang tua merasa sangat terbantu dengan adanya beasiswa ini karena anaknya mendapat pendidikan lebih baik. “Saya bertempat tinggal di daerah yang sebagian besar masyarakatnya berkebun kelapa sawit. Mereka membudidayakan kelapa sawit tetapi pengelolaanya masih minim. Masih banyak yang perlu diperbaiki seperti putaran panen, perawatan tanaman dan manajemen pengelolaan hasil panen,” kata Adinda.
kBPDPKS sudah berbuat banyak mendukung petani kelapa sawit. Karena itu Adinda berjanji setelah tamat akan kembali ke kampung halaman untuk membantu orang tua dan masyarakat sekitarnya memperbaiki kebun kelapa sawit supaya produktivitas meningkat.
Diah Ayu Damayanti, mahasiswa penerima beasiswa BPDPKS dari program studi Teknik Informatika Politeknik Kampar menyatakan banyak sekali benefit yang didapatkan sebagai penerima beas siswa. Sebagai penerima beasiswa sawit maka ilmu TI yang dipelajari juga digunakan untuk kelapa sawit.
Diah bersama tim dari Politeknik Kampar sudah membuat sistim untuk KUD Sawit Jaya. Saat ini juga sedang melakukan penelitian untuk ikut dalam riset sawit BPDPKS dengan tema monitoring muka air gambut berbasis IoT. Proyek ini nanti bisa digunakan perusahaan perkebunan/pekebun yang sawitnya berada di lahan gambut untuk mencegah kebakaran lahan sejak dini.
St Nugroho Kristono, Direktur Poltek CWE menyatakan supaya penerima beasiswa BPDPKS kembali ke daerah asalnya, membangun kelapa sawit di wilayahnya perlu mekanisme lain untuk memberi gaji mereka. BPDPKS dan Ditjenbun perlu mengalokasikan dana buat gaji mereka jika mereka berkiprah di Koperasi.
Tiap tahun peserta yang mendaftar beasiswa mencapai 3000-3500 orang dan tahun lalu kuota 660 berarti rasio mencapai 1:5. Nugroho menyarankan agar jangan hanya pekebun dan keluarga pekebun saja yang diberi kesempatan, juga pekerja dan keluarga pekerja perusahaan perkebunan kelapa sawit baik yang bekerja di kebun, pabrik dan kantor bisa mendapat peluang yang sama.
Baca Juga: Larangan Ekspor Minyak Goreng Telah Sesuai dengan Kebijakan WTO
Kriteria pekebun dan keluarga pekebun maksimal memiliki kebun 4 Ha sudah pas karena dengan kepemilkan seluas ini mereka masih butuh bantuan bila ada yang mau kuliah. Bila kebun sawitnya lebih dari 4 Ha mereka punya uang untuk memilih kuliah dimanapun dengan biaya sendiri. Pekebun juga berharap setiap tahun kuotanya ditambah sehingga lebih banyak yang mendapat beasiswa.
Sejalan dengan pembangunan perbatasan sebagai benteng pertahanan yang merupakan salah satu program pemerintah, maka daerah perbatasan yang banyak kebun sawitnya seperti Merauke, Kalbar, Kaltara harus mendapat kuota lebih.
Kalau mengacu pada rancangan Bappenas dan RAN KSB maka program prioritas adalah peningkatan produktivitas petani. Salah satu upayanya adalah dengan peningkatan SDM petani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News