kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat IPB: Harga beras yang stabil saat ini tak gambarkan kondisi sesungguhnya


Minggu, 17 November 2019 / 22:10 WIB
Pengamat IPB: Harga beras yang stabil saat ini tak gambarkan kondisi sesungguhnya
ILUSTRASI. Produksi Beras ----- Pedagang menata beras dagangannya di pasar Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (25/10). Dengan metode hitungan baru, hingga akhir tahun ini, Badan Pusat Statistik mencatat produksi beras dalam negeri surplus sebesar 2,85 juta ton.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga pertengahan November tahun ini, harga beras belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Nasional (PIHPS), harga rata-rata beras hingga Jumat (15/11) masih berkisar Rp 11.800 per kg atau naik Rp 50 dari hari sebelumnya.

Meski begitu, Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mengatakan stabilnya harga beras saat ini hanya bersifat semu. "Stabilitas semu artinya stabilitas yang tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya," tutur Dwi kepada Kontan.co.id, Minggu (17/11).

Baca Juga: Jelang akhir tahun, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang terjaga

Menurut Dwi, selama 2 bulan terakhir, harga gabah sudah bergerak di atas Rp 5.000 per kilogram, dan trennya terus menunjukkan kenaikan. Menurut Dwi, dengan kenaikan harga gabah tersebut, menunjukkan gabah yang sudah mulai langka di tingkat petani.

Dwi berpendapat, terdapat 2 faktor mengapa harga masih relatif stabil. Pertama, adanya keberadaan satgas pangan dan kedua, karena stok beras Perum Bulog yang masih melimpah.

Keberadaan satgas pangan, menurut Dwi, membuat pengusaha besar di bidang perberasan akhirnya tidak berani menimbun beras. Dengan begitu, pergerakan keluar-masuk beras akan relatif lebih lancar.

Baca Juga: Gudang penuh, Bulog proyeksi serapan beras di musim panen akan terganggu

"Oktober sebenarnya sudah mulai defisit. Defisit ini maknanya jumlah beras yang dikonsumsi lebih besar daripada yang dipanen, walaupun masih tertolong dari stok bulan sebelumnya. Tetapi karena in-outnya masih bagus, harga relatif stabil," jelas Tri.

Kedua, stok beras Bulog yang masih berkisar 2,3 juta ton pun turut mempengaruhi psikologi pasar. Dwi berpendapat, melimpahnya beras Bulog mempengaruhi pedagang untuk tidak menimbun beras.




TERBARU

[X]
×