Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
Pasalnya, bila beras disimpan, Bulog akan menggelontorkan beras sehingga membuat harga kembali turun.
Meski faktor tersebut menahan kenaikan harga beras, Dwi juga mengatakan kondisi di lapangan tidak mendukung faktor tersebut. Apalagi, menurut Dwi, terjadi penurunan produksi beras sebanyak 2 juta ton di tahun ini.
Baca Juga: Antisipasi kenaikan harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru, ini saran Ikappi
Dwi mengatakan, penurunan produksi tersebut diakibatkan bergesernya musim tanam selama 1 bulan, yang berdampak pada petani yang akhirnya menanam padi-palawija dibandingkan padi-padi.
"Di musim tanam pertama, hujan tidak turun, luas panen padi menurun cukup besar. Penurunan luas panen itu mengakibatkan produksi itu turun dibandingkan tahun lalu," terang Dwi.
Lebih lanjut Dwi menerangkan, bila stok beras di dalam negeri benar-benar sedikit, maka harga beras bisa melonjak tinggi.
Baca Juga: Harga pangan berpotensi meroket di akhir tahun, begini persiapan pemerintah
Dwi memperkirakan, tahun ini tidak akan ada surplus beras. Ditambah, beras Bulog bisa digunakan untuk operasi pasar sebesar 1,5 juta hingga 2 juta ton.
Padahal, kebutuhan beras per bulan bisa mencapai 2,5 juta ton. "Kita akan bergantung pada produksi di Januari dan Februari tahun depan," ujar Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News