kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Pengamat Pertanian Sebut Situasi Masih Amat Riskan bagi Indonesia untuk Ekspor


Jumat, 25 April 2025 / 18:21 WIB
Pengamat Pertanian Sebut Situasi Masih Amat Riskan bagi Indonesia untuk Ekspor
ILUSTRASI. Petani menggunakan mesin Combine Harvester memanen padi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (22/4/2025). Wakil Menteri Pertanian Sudaryono berharap serapan beras dan gabah pada akhir bulan April 2025 bisa mencapai dua juta ton, dengan capaian saat ini sudah mencapai 1,3 juta ton sehingga serapan beras dapat optimal untuk menghentikan impor pada tahun 2025. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/nz


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi beras sedang melimpah, berhubung saat ini Indonesia sedang memasuki masa panen raya. Kondisi ini membuat Presiden Prabowo Subianto membuka peluang ekspor beras.

Pengamat Pertanian dari AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, menyatakan jika situasi untuk ekspor beras ke Malaysia maupun negara lainnya saat ini masih amat riskan.

"Dalam 3-4 bulan terakhir ini memang surplus, Maret puncak panen raya. Nanti sekitar Juli dan seterusnya produksi akan melandai. Bahkan tiga bulan terakhir sebelum tahun berganti produksi biasanya rendah," terang Khudori kepada Kontan.co.id, Jumat (25/4).

Menurutnya, surplus saat ini itu penting untuk menutup kebutuhan pada saat produksi beras di Indonesia rendah.

Lebih lanjut, Khudori menjelaskan tantangan terbesar bagi Indonesia untuk bisa ekspor beras. Yakni harga beras Indonesia yang lebih mahal dibandingkan harga beras dunia.

Baca Juga: Prabowo Izinkan Indonesia Ekspor Beras ke Sejumlah Negara

"Saat ini harga beras di Indonesia sekitar 1,5 kali lebih mahal dari harga beras di pasar dunia. Sudah berpuluh-puluh tahun harga beras Indonesia tidak pernah lebih murah dari harga di pasar dunia," tambahnya.

Selain itu, tantangan juga ada pada peningkatan produksi. Produksi beras saat ini, menurut Khudori, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

"Sejauh ini produktivitas padi kita stagnan. Yang kedua meningkatkan indeks pertanaman," tambahnya.

Terakhir, ekspor beras hanya memungkinkan untuk dilakukan jika ada ketersediaan air, pupuk, benih, modal kerja yang mudah dan terjangkau oleh petani, dari sisi harga dan akses.

Baca Juga: Mentan Klaim Stok Beras Bakal Capai 4 Juta Ton, Tertinggi Sejak Indonesia Merdeka

Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kementerian Perdagangan Fajarini Puntodewi, mengatakan jika pasar ekspor beras Indonesia saat ini bagus. Khususnya untuk beras eksotis.

"Kan beras yang premium itu, eksotis itu sudah ada. (Pasarnya) cukup bagus sih," terang Fajarini, di acara Gambir Trade Talk di Double Tree by Hilton Hotel Jakarta, Kamis (24/4).

Ragam beras eksotis yakni mulai dari beras merah, beras hitam, beras ketan putih dan beras japonica.

Lebih lanjut, Fajarini menjelaskan jika pangsa pasar komoditas ekspor beras saat ini di wilayah ASEAN.

Baca Juga: Bapanas Sebut Harga Beras Cenderung Stabil Saat Panen Melimpah

Selanjutnya: United Tractors (UNTR) Kembali Jajaki Peluang Akuisisi Tambang Mineral

Menarik Dibaca: BINUS dan IAIS Rayakan Hari Kartini dengan Sorotan Peran Perempuan di Era AI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×