Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menilai, proyek tambang bawah tanah alias underground mine PT Freeport Indonesia memiliki peranan penting.
Menurutnya, selama underground mining belum beroperasi, maka akan sulit bagi MIND ID menerima dividen hingga US$ 1 miliar.
"Kalau 2023 tambang bawah tanah sudah beroperasi (maka) sangat mungkin dividen mencapai US$ 1 miliar bahkan lebih," kata Fahmy kepada Kontan, Jumat (8/4).
Fahmy menambahkan, jika memperoleh dividen maka MIND ID dapat mempergunakannya untuk mengangsur obligasi jatuh tempo yang digunakan untuk mengakuisisi 51% saham PTFI pada 2018 lalu.
Menurut Fahmy, dengan hitung-hitungan kasar dividen mencapai US$ 1 miliar setiap tahunnya maka setidaknya butuh 5 tahun bagi MIND ID agar bisa menikmati dividen sepenuhnya.
Baca Juga: MIND ID Umumkan Realisasi Laba Bersih Tahun 2021 Meroket 687% Jadi Rp 14,33 Triliun
Asal tahu saja, untuk dua tahun pertama pasca divestasi, MIND ID dipastikan tidak memperoleh dividen karena adanya transisi operasi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
Manajemen MIND ID juga menargetkan, dividen dapat mulai diperoleh pada 2021 lalu dengan besaran US$ 200 juta. Jumlah ini diharapkan meningkat menjadi US$ 400 juta pada 2022 dan meningkat lagi menjadi US$ 1 miliar di tahun 2023 mendatang.
Kontan.co.id mencatat, dividen memang telah mulai diberikan pada tahun lalu. Sayangnya, baik MIND ID maupun PTFI tak merinci besaran dividen tersebut.
Yang terang, ekspansi tambang bawah tanah yang berjalan lancar dan peningkatan produksi serta peningkatan harga komoditas menjadi faktor pendorong kinerja keuangan MIND ID dan PTFI pada tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News