Reporter: Ali Imron |
JAKARTA. Kendati suku bunga acuan kredit Bank Indonesia (BI) sudah turun dari 9,5 % menjadi 8,75 %, pengembang Metropolitan Land tetap menunda proyek baru di 2009. Mereka lebih memilih untuk melanjutkan pembangunan beberapa proyek lama. Penundaan ini untuk menjaga arus kas perusahaan.
Padahal, mereka sudah menganggarkan dana Rp 500 miliar untuk menggarap proyek perumahan kelas menengah di Cibitung. Di situ akan dibangun sebanyak 6000 unit rumah di atas lahan seluas 120 hektar. Nantinya di Cibitung juga akan dibangun hotel dan mall segala. “Situasinya masih kurang bagus untuk pembangunan proyek baru,” tandas Direktur Utama PT Metropolitan Mall, Nanda Widya, Minggu, 11/1 di Jakarta.
Dengan penundaan itu, pengembang Metropolitan Land, akan fokus menjual dan melanjutkan pembangunan unit perumahan kelas menengah-bawah dan menengah atas. Apalagi saat ini daya beli konsumen sedang turun 20 %. Tentu ini berakibat pada penjualan properti Metropolitan. “Sepanjang 2008 kami hanya berhasil menjual sekitar 1000 unit rumah saja. Meleset dari target awal kami yaitu 1200 unit,” ujarnya.
Makanya, di tahun kerbau ini, mereka tidak akan pasang target yang muluk. Mereka tetap berharap target penjualan 2009 setidaknya sama dengan 2008. Syukur-syukur ada kenaikan setidaknya 5% saja di tahun ini. “Konsumen kami kan kebanyakan menggunakan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR),” tandasnya.
Hasil penjualan itu berasal dari lima proyek perumahan Metropolitan Land. Pertama adalah Menteng Metropolitan. Di proyek ini mereka membangun 4000 unit rumah di atas lahan seluas 150 hektar seharga Rp 200 juta-Rp 900 juta di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Proyek ini memberikan kontribusi 15% terhadap penjualan.
Kedua adalah Puri Metro. Proyek perumahan menengah atas ini berada di Tangerang dengan harga Rp 300 juta-Rp 800 juta. Di sini, mereka membangun 4000 unit di atas lahan 150 hektar. Dan pada 2008, Puri Metro berkontribusi 10%.
Ketiga adalah Taman Metropolitan. Proyek yang terletak di Cibubur dengan 5000 unit rumah di atas lahan seluas 160 hektar itu memberikan kontribusi penjualan sekitar 10 %. Harga yang ditawarkan adalah Rp 150 juta- Rp 600 juta.
Keempat adalah Permata Metropolitan. Proyek ini berada di Tambun Bekasi di atas lahan seluas 36 hektar dengan 1000 unit rumah. Harga yang ditawarkan sekitar Rp 200 juta – Rp 300 juta. “Proyek ini memberikan kontribusi 5%,” tandasnya.
Sedangkan yang kelima adalah Taman Cileungsi. Proyek perumahan kelas bawah ini berkontribusi 15%. Di sini mereka membangun 10.000 unit rumah di atas lahan seluas 120 hektar. “Soal margin yang kami dapat tidak bisa kami ceritakan,” tandasnya.
Sekjen Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Alwi bagir Mulachela mengatakan, untuk memperbaiki daya beli konsumen, perbankan harus cepat menurunkan suku bunga KPR. Dengan penurunan BI Rate 8,75 % , dia berharap suku bunga KPR bisa nangkring di posisi 13%-14%. Tentu ini akan memulihkan daya beli. “Banyak calon konsumen yang menunggu posisi suku bunga turun,” tandasnya.
Hanya saja penurunan BI Rate itu tidak akan memicu pertumbuhan industri terlalu besar pada tahun ini. Pengembang masih bersikap hati-hati dan lebih menjaga arus kas perusahaan mereka. Jadi di tahun ini beberapa proyek baru yang masuk ke pasar akan minim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News