Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (Aspabi) meminta penggunaan aspal alam buton menjadi prioritas untuk pembangunan infrastruktur dalam negeri. Hal itu juga upaya menekan penggunaan aspal minyak yang 75%-nya masih dilakukan secara impor.
Aspabi mencatat, bahwa sekarang ini, dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia cenderung menggunakan aspal minyak, atau aspal hasil proses pengilangan minyak bumi.
Ketua Aspabi, Dwi Putranto menyampaikan, bahwa kebutuhan aspal nasional mencapai 1,5 juta ton per tahunnya. Sementara, produksi aspal minyak nasional hanya mencapai 350.000 ton.
“Berarti sisanya impor. Di sinilah seharusnya aspal alam buton berperan, yaitu menggantikan aspal minyak impor,” terangnya, Selasa (2/2).
Baca Juga: Cek kesiapan aspal Buton, pemerintah kunjungi produksi tambang Wika Bitumen
Hanya saja, kata Dwi, penggunaan aspal alam buton domestik saat ini tidak lebih dari 100.000 ton per tahun, dengan tingkat keterisian atau utilisasi industri 5% dari kapasitas pabrik terpasang. Padahal, kapasitas produksi aspal alam buton yang tergabung dalam Aspabi bisa mencapai 2 juta ton per tahun.
Bahkan, nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) aspal alam buton olahan mencapai lebih dari 80%, sementara TKDN dari aspal minyak hanya 9,3% karena bahan baku minyak mentahnya masih dilakukan impor dari Timur Tengah.
“Pemerintah juga sedang gencar menggalakkan produk dalam negeri, dan aspal termasuk prioritas, karena 75% aspal kita masih impor. Ke depan, aspal alam buton harus dapat menggantikan aspal impor,” ungkapnya.
Mengacu catatan Direktorrat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah deposit aspal alam Indonesia terbesar ada di Buton, Sulawesi Tenggara. Di mana total sumberdayanya menembus 792,50 juta ton dengan total cadangan sebesar 182,65 juta ton.
Baca Juga: Tekan impor, Presiden Jokowi minta optimalkan pemanfaatan aspal alam dalam negeri