Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah korona (Covid-19) menghantam bisnis jalan tol. Oleh karena itu, Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) meminta dukungan stimulus dan insentif kepada pemerintah demi menyelamatkan kelangsungan bisnis jalan tol.
Secara umum, saat ini operator jalan tol mencatatkan penurunan pendapatan 40%-60% dari rata-rata pendapatan normal.
Baca Juga: Inilah 45 ruas tol yang dapat dana talangan tanah senilai total Rp 13,74 triliun
Kondisi tersebut tentu berdampak langsung kepada operator jalan tol (Badan Usaha Jalan Tol/BUJT) dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) maupun kewajiban lain, terutama terkait dengan perjanjian fasilitas kredit investasi dengan perbankan.
"Terkait permintaan stimulus, kami masih berkoordinasi dengan pihak terkait," ungkap Kris Ade Sudiyono, Sekretaris Jenderal ATI, kepada KONTAN, Rabu (3/6).
Demi mengantisipasi penurunan pendapatan jalan tol, para operator telah melaksanakan berbagai upaya, antara lain memacu efisiensi beban usaha dengan tetap menjaga tingkat keselamatan jalan tol, mengoptimalkan belanja modal dan mengupayakan relaksasi utang investasi dari perbankan.
Baca Juga: Likuiditas kering dihantam corona, pengusaha jalan tol mengajukan stimulus
Namun, seiring pembangunan ruas jalan tol baru yang dilaksanakan dengan masif selama tiga tahun terakhir, hal tersebut menyebabkan terjadinya defisit arus kas pada ruas jalan tol baru yang dioperasikan.
Pada 29 April lalu, ATI melayangkan surat kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Intinya, para pengusaha jalan bebas hambatan meminta dukungan pemerintah untuk memberikan stimulus berupa insentif fiskal maupun moneter demi mengatasi berbagai kewajiban para operator jalan tol.