kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Pengusaha Mebel dalam Negeri Wanti-wanti Kebijakan Proteksionisme Donald Trump


Kamis, 07 November 2024 / 14:23 WIB
Pengusaha Mebel dalam Negeri Wanti-wanti Kebijakan Proteksionisme Donald Trump
ILUSTRASI. Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) akan berdampak kurang baik bagi perkembangan ekspor produk kayu. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) akan berdampak kurang baik bagi perkembangan ekspor produk kayu, mebel hingga rotan dari Indonesia ke Paman Sam.

Kebijakan Trump terutama yang mengutamakan pendekatan proteksionisme, seperti menaikkan tarif impor dan memperketat regulasi, berpotensi mempersulit akses produk mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar AS.

"Jika Trump kembali menerapkan kebijakan serupa, ekspor kita ke AS mungkin akan terdampak, terutama dalam hal peningkatan harga jual di pasar AS akibat tarif impor," ungkap Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur saat dihubungi Kontan, Kamis (07/11).

Baca Juga: Kebijakan Proteksionisme Donald Trump Hadirkan Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia

Produk Indonesia perlu tetap kompetitif dalam kualitas dan desain agar dapat bersaing. Namun, menurut Abdul AS memiliki permintaan yang stabil untuk produk-produk unik dari luar negeri, seperti mebel dan kerajinan dengan sentuhan khas dari Indonesia.

"Maka, selama kualitas, inovasi, dan daya tarik produk tetap kuat, kita bisa bertahan dan bersaing, meskipun ada tantangan dari segi harga," tambahnya.

Meski ada tantangan dari sisi harga, Indonesia memiliki keuntungan karena masih mendapatkan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari AS. Adapun, fasilitas GSP ini telah diperpanjang Indonesia pada 30 Oktober 2020, ini merupakan fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan AS dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi negara-negara berkembang.

"Ini (GSP) bisa kita manfaatkan untuk ambil ceruk yang nantinya ditinggalkan oleh China. Meskipun di sana ada Vietnam, Kanada dan Meksiko yang sudah siap ambil benefit," tambahnya.

Adapun, berdasarkan data terbaru dari HIMKI, ekspor produk kayu dan mebel-rotan ke AS mencapai nilai yang cukup signifikan, dengan komposisi 52% dari total ekspor sepanjang tahun 2023 lalu.

"Atau sekitar US$ 1,3 miliar, itu untuk furniture aja per tahun meski ada penurunan dalam 2 tahun terakhir," ungkapnya.

Abdul menambahkan pasar AS adalah salah satu pasar terbesar untuk produk-produk mebel Indonesia, dan HIMKI secara aktif akan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS untuk memastikan ekspor tetap stabil.

Baca Juga: Menguak Dinamika Hubungan AS dengan China, Rusia dan NATO di Bawah Kepemimpinan Trump

Ia juga berharap di pemerintahan yang baru, di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran, Indonesia dapat membangun hubungan bilateral yang lebih kuat dengan AS, khususnya melalui Free Trade Agreement (FTA) maupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

"Peran pemerintah akan sangat signifikan kepada industri mebel bila berhasil membangun bilateral melalui FTA atau CEPA," tutupnya.

Lebih rinci, data ekspor mebel Indonesia sepanjang 2023 lalu mencapai US$ 1,3 miliar. Sementara, untuk nilai ekspor kerajinan dan sejenisnya sepanjang tahun 2023 tercatat mencapai US$ 513 juta. 

Selanjutnya: NHM Tingkatkan Kesiapsiagaan Tim ERT melalui Pelatihan Jungle Rescue Bersama Basarnas

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Dua Mingguan 7-20 November 2024, Bakso Sapi Diskon Rp 10.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×