Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mebel sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahan baku hasil hutan seperti rotan, kayu jati dan mahoni. Dikarenakan situsasi saat ini bahan baku tersebut menipis persediaannya, pengusaha mebel harus dibebankan pula ongkos angkut dan logistiknya.
Menurut Abdul Sobur, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), perlue penyederhanaan supply chain untuk menyokong industry ini. “Oleh karena itu keterlibatan besar pemerintah sangat dibutuhkan,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (2/10).
Abdul tak menampik, ada semacam kartel dari distribusi bahan baku mebel ini. Sehingga, penyederhanaan atau pemotongan jalur distribusi ini perlu dilakukan.
Salah satu cara agar industri ini berkembang, HIMKI mengusulkan perlunya dibuat kawasan industry khusus untuk mebel dan kerajinan kayu. Bila perlu dibangun di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan masing-masing satu di setiap pulau-pulau besar di Indonesia.
Meniru daripada China dan Vietnam yang telah memiliki kawasan industri khusus sebelumnya. “Sebab Indonesia punya potensi untuk meraup pasar mebel global yang tiap tahunnya mencapai US$ 145 miliar, dengan pertumbuhan rata-rata tiap tahun 6-8%,” urai Abdul.
Selain itu pula, Abdul mengatakan bahwa bunga pinjaman bank untuk memulai investasi di Indonesia masih terbilang tinggi. Idealnya untuk mendatang investasi bunga bank bisa berada di kisaran 6%. Adapun sampai akhir tahun nanti belum ada ekspansi atau penambahan investasi baru dari industri mebel ini.
Masuk di kuartal akhir 2017 ini, industri mebel masih mengandalkan kegiatan-kegiatan eksibisi baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, kata Abdul, follow up dari pemesanan mebel dibeberapa bulan yang lalu masih menjadi sumber pemasukan penting bagi pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News