Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persediaan bahan kebutuhan pokok secara nasional menjelang puasa Ramadan tahun ini dipastikan aman. Masyarakat diminta untuk tidak panik.
"Kalau saya optimistis, tidak akan ada masalah karena kita sudah swasembada untuk daging ayam, dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Karena pada saat ini menurut BPS harga pokok harian menjadi Rp 18,6000 per kg," kata Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Musbar Mesdi dalam keterangannya, Kamis (18/3).
Harga telur ayam saat ini, kata dia, berada di kisaran Rp 17.500 hingga Rp 18.500 per kilogram (kg). Padahal, berdasarkan Harga Pokok penjualan (HPP) yang berlaku, harga telur ayam seharusnya berada di level Rp 19.500 per kg.
Karena stok memadai, Musbar pun memperkirakan harga kebutuhan seperti daging ayam dan telur ayam tetap stabil. Bahkan, bisa turun dari harga perkiraan.
Baca Juga: Pasokan memadai, Mentan sebut harga beras stabil pada awal tahun
"Nah daya beli kita secara koreksi saat ini cenderung menurun, karena adanya program vaksinasi Covid-19 secara nasional. Karena kondisi per kapita dan aktivitas belum stabil," jelas Musbar.
Dia berharap, harga pada bulan suci Ramadhan tahun tidak terjadi gejolak. Pasalnya, kondisi saat ini tidak menentu. "Ini normal saja, tidak ada gejolak diharga daging ayam, karena pemerintah sejauh ini tenang-tenang saja. Kita optimistis Ramadhan tahun ini stabil," kata dia.
Sementara, stok beras sendiri dipastikan Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid tetap aman. Pasalnya, persediaan bahan baku beras di petani masih sangat banyak.
"Kalau stok di induk ada sekitar 42 ribu ton perharinya, harus ada itu. Kenapa stok ini cukup, karena panen di sejumlah daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat masih berjalan," kata Zulkifli.
Dia berharap, masyarakat tidak khawatir akan kelangkaan stok beras menjelang bulan suci Ramadhan tahun ini. "Jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Karena kalau kita lihat saja untuk kebutuhan DKI Jakarta 30 ribu ton per hari, yang pokok itu," kata dia.
Pasokan dari daerah, kata dia, cukup memadai untuk menopang kebutuhan konsumsi masyarakat, karena saat ini para petani di daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat tengah panen.
Baca Juga: Mentan sebut impor beras baru wacana
"Mengenai pasokan kita tetap setiap daerah ya, terutama itu, Jatim, Jateng dan Jabar. Nah sejauh ini masih aman, tidak ada kendala sama sekali," ungkap dia.
Meski stok melimpah, diakui Zulkifli, harga beras cenderung turun dan sejauh ini masih stabil. Seperti harga beras medium dari harga Rp8,200-Rp8,500 sedangkan harga beras premium dari Rp10.000-Rp11.000.
"Nah ketersediaan beras sampai saat ini tidak ada kendala, justru hasil panen dari petani sangat mencukupi. Dari segi harga di pasar induk harga turun. Bukan naik, karena pasokan jalan terus. Hanya saja pembeli lemah, makanya harga beras turun," kata dia.
Meski begitu, tidak menampik jika kenaikan harga beras sangat memungkinkan. Apalagi menuju bulan puasa karena permintaan meningkat.
"Intinya kita tetap menjaga agar pasokan beras aman. Itu bisa dilihat dari kronologis pasokan hingga saat ini yang berjalan lancar. Nah stok di bulog pun cukup," kata dia.
Sedangkan, bagi kebutuhan daging sapi untuk Ramadhan tahun ini dipastikan Ketua APDI Jakarta Asnawi akan mengalami kekurangan.
Pasalnya, stok yang bisa dikeluarkan pedadang-pedagang sapi itu dari jumlah 115 ribu ekor hanya bisa mengeluarkan 25 ribu ekor untuk tahun.
"Ini sifatnya nasional ya. Kalau bicara kebutuhan untuk momen awal Ramadhan dan Idul Fitri sampai hari raya dari awal April stok hanya 25 ribu untuk nasional," kata dia.
Kebutuhan yang sangat besar untuk daging sapi terbagi di tiga wilayah yakni DKI Jakarta 6,38 kg perkapita pertahun, Provinsi Banten per kapita per tahun di 2,94 kg, dan Jabar 33,4 kg per kapita per tahun.
"Berbicara kebutuhan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri untuk 3 Provinsi ini membutuhkan 46.75 ton yakni April dan Mei, yang terdiri dari sapi siap potong dibutuhkan sebanyak 114.350 sapi, itu setara dengan daging 20,110 ton," kata dia.
Baca Juga: Alasan DPR menolak pemerintah mengimpor beras 1 juta ton pada 2021
Sementara, khusus wilayah DKI Jakarta membutuhkan 24.500 ekor pada H-2 Ramadhan sampai Idul Fitri, Bantan membutuhkan 16.350 dan Jabar 73.500 ekor.
"Dari total kebutuhan itu setara dengan 20.110 ton. Nah kekurangannya harus dipenuhi dari daging beku, yakni 26.740 ton itu untuk kebutuhan harus dipenuhi dari stok yang tersedia," katanya.
Sementara, stok di Bulog sendiri ada sekitar 338 ton khusus daging kerbau. Dan daging sapi yang tersedia di importir ada sebanyak 25 ribu ekor.
"Berarti di sini kalau total kita butuh 114, 350 sapi. Nah ada kekurangan stok sapi menjelang Ramadhan 94.350 ribu. Nah itu artinya kesiapan pemerintah harus memenuhi kekurangan tersebut," jelas dia.
Untuk memenuhi kekurangan itu, pemerintah harus bisa menghadirkan sapi lokal. Apalagi, kata dia, banyak lumbung sapi di Indonesia.
Baca Juga: Jaga stabilitas harga pangan, Gubernur Jateng dan Wamendag pacu kinerja SRG
"Seperti di Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Bali, NTT, NTB. Nah pengambil kebijakan di pemerintah, bilang dong ke petani sapi di daerah bahwa mereka siap menerima dan mengirim ke Jakarta," jelas dia.
Mengenai harga, dipastikan dia, terjadi kenaikan tidak signifikan, angka harga jual di pengecer pada Ramadhan di H-2 Rp 150 ribu -160 ribu daging sapi segar. Sedangkan harga karkas Rp 106-108 di tingkat RPH.
Harga timbang hidup fitlok Rp 153 ribu -154 ribu per kg. Di tingkat pengecer dalam bentuk daging itu Rp 135 ribu- itu 150 ribu. Sementara daging beku diperkirakan Rp 90 sampai Rp 100 ribu, daging sapi beku Rp 110 ribu -120 ribu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News