Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rilis data beras versi Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya kesalahan besar dalam data produksi. Berbagai pihak mengapresiasi keterbukaan tersebut dan berharap akan berlanjut pada komoditas lainnya karena bakal berpengaruh pada pembuatan keputusan berikutnya.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyatakan dengan koreksi ini, ia berharap ke depan tidak akan ada gonjang-ganjing perbedaan data dan bisa dihasilkan kebijakan yang tepat. "Diharapkan dilanjutkan dengan komoditas lainnya," kata Adhi, Selasa (23/10).
Apalagi data-data tersebut biasanya menjadi basis dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah.
Sama juga dengan produksi kakao, Piter Jasman Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia menyampaikan bahwa data produksi kakao versi asosiasi, lembaga internasional dan kementerian terpaut jauh.
Dalam data yang ia himpun, pada tahun 2017 AIKI mencatat produksi kakao mencapai 260.000 ton dan angka ini tidak jauh dari catatan International Cocoa Organization (ICCO) di 290.000 ton. "Sedangkan Kementan masih takin produksi biji kakao tahun lalu sebesar 688.000 ton," katanya.
Piter melihat, data yang akurat sangat penting karena sangat terkait erat dengan kebijakan yang dibuat pemerintah.
Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi bila pemerintah memiliki metode perhitungan yang lebih akurat dan memberlakukan “data amnesty” agar ke depannya menjadi lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News