kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pengusaha terigu resah dengan pelemahan rupiah


Kamis, 12 Maret 2015 / 10:24 WIB
Pengusaha terigu resah dengan pelemahan rupiah
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A man walks in business area in Bangkok, Thailand, May 22, 2015. REUTERS/Chaiwat Subprasom/File Photo


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Industri tepung terigu resah apabila pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berkepanjangan. Mereka khawatir bakal harus menaikkan harga produk di pasaran karena bahan baku ada yang diimpor.

Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) mengatakan, sampai saat ini, 31 industri yang berbahan baku tepung terigu di bawah Aptindo belum menyampaikan keluhan terhadap pelemahan rupiah terhadap dollar. "Tapi kalau pelemahan rupiah ini berjangka panjang, dipastikan industri berbahan baku impor seperti terigu akan terkena dampaknya," ujar Ratna kepada KONTAN, Kamis (12/3).

Ratna mengatakan, industri saat ini belum menaikkan harga-harga karena dalam produk mereka tidak semua berasal dari impor. Misalnya, biskuit, itu hanya sebagian saja yang bahan bakunya terigu, sementara seperti kemasan, dan gula, serta komponen lain di dalamnya masih bisa diperoleh dari dalam negeri. 

"Apalagi setiap industri ini juga bersaing dalam mendapatkan konsumen dengan harga yang kompetitif,"imbuhnya.

Kendati begitu, Ratna masih optimistis, pelemahan terhadap rupiah ini tidak berlangsung lama. Apalagi kondisi ini masih dinilai normal karena menguatnya ekonomi AS. Tapi Ratna menyarangkan agar pemerintah tidak terlalu gembar-gempor terkait penarikan pajak.

Ia merasa, kondisi ini justru membuat pengusaha secara psikologis tidak nyaman dan berpotensi membuat investasi di dalam negeri terhambat. 

"Kalau pajak serius menagih, kenapa tidak langsung saja menagih ke pengusaha tidak perlu mengumumkan lewat media, seolah-olah para pengusaha ini buruk semua. Padahal tidak sedikit juga pajak melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya," keluh Ratna. Hal-hal seperti ini, lanjut Ratna bisa membuat investor khawatir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×