Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Krisis listrik yang menghadang Indonesia saat ini rupanya membuat para produsen menunda investasinya. Pasalnya, jika pengusaha ngotot melakukan investasi maka akan membuat perusahaan lebih menderita karena akan merusak mesin produksi.
Ketua Umum Asosiasi Industri Petrokimia, Olefin dan Plastik Didie Suwondo mengatakan banyak anggota asosiasinya yang berencana melakukan investasi. "Ada sebanyak 20 perusahaan yang berniat melakukan investasi," katanya, kemarin. Sayangnya, Didie enggan mengatakan identitas perusahaan tersebut. "Pokoknya anggota asosiasi," kilahnya.
Menurut Didie, investasi ini berupa pembelian mesin demi menambah jumlah kapasitasnya. "Total investasinya mencapai US$ 1,5 miliar," tegasnya. Namun, ia menegaskan jika investasi ini baru akan dilakukan oleh satu sektor saja, yakni petrokimia.
Didie menjelaskan, investasi sebesar US$ 1,5 miliar berasal dari sektor menengah sebesar US$ 700 juta dan sektor petrokimia hilir US$ 800 juta.
Sayangnya, kekurangan pasokan listrik membuat perusahaan itu menunda investasinya hingga ada kejelasan tentang energi ini. Menurut Didie, perusahaan ini baru akan merealisasikan investasinya pada 2010-2011. "Indikasinya, pada tahun itu pasokan listrik akan kembali lancar," tuturnya.
Menurut Didie, secara keseluruhan nilai penundaan investasi diperkirakan bisa meningkat 7%-8% setiap tahunnya. Asal tahu saja, saat ini, sektor petrokimia sendiri telah merealisasikan investasi sekitar US$ 7,4 miliar yang dibenamkan melalui 76 perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain Chandra Asri dan Tri Polyta.
Benny Soetrisno, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan bahwa banyak perusahaan tekstil dan produk tekstil yang melakukan penundaan investasi untuk melakukan pembelian mesin. "Gimana mau investasi jika pasokan listriknya tidak ada," katanya, hari ini.
Ketua Komite Ketenagalistrikan Kadin Indonesia Baktiluddin membenarkan jika banyak industri yang menunda investasinya karena pasokan listriknya berkurang. Namun, ia enggan mengatakan berapa banyak industri yang menunda investasinya. "Saya belum memiliki data lengkapnya," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News