Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Test Test
JAKARTA. Derasnya impor ban asal China dan India membuat penjualan ban produksi dalam negeri pada Agustus anjlok 10 persen. Keterangan ini dilansir Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI).
Ketua Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan, impor ban asal china dan india semarak sejak Juli 2008. Menurut perhitungannya, impor ban dari kedua negara itu bisa mencapai puluhan hingga ratusan ribu unit. "Kalau terus dibiarkan produsen dalam negeri akan terganggu," katanya, Senin (22/9).
Industri nasional merasa terganggu karena harga ban asal China dan India lebih murah 10 % - 30 % dari produk dalam negeri. Produk mereka bisa lebih murah, kata Aziz, karena ban tersebut tidak menerapkan standar nasional Indonesia (SNI). Bahkan, banyak yang telah kedaluwarsa, sehingga dapat membahayakan pengguna karena gampang meletus.
Maraknya impor ban ini membuat penjualan ban pada Agustus terpangkas. Produsen ban nasional hanya mampu membukukan penjualan sebanyak 3,7 juta dari 3,89 juta unit pada Juli 2008. "Penjualannya anjlok hingga 4%," kata Aziz.
Oleh karena itu, APBI berencana mengirimkan surat kepada Departemen Perdagangan dan Departemen Perhubungan untuk mengatasi masalah ini. "Mungkin pekan depan kita akan kirimkan," tegasnya.
Endjang S, Sales Manager PT Bridgestone Tyre Indonesia, membenarkan jika penjualan ban secara nasional mengalami penurunan. Menurut Endjang, penjualan perusahaannya turun sebesar 20% hingga 30%. "Total penurunan pasar nasional bisa mencapai 10%," tegasnya.
Menurut Endjang, selain banyaknya ban asal China dan India, pencapaian penjualan pada Juli sebesar 7,1% juga menjadi penyebab penurunan. "Kenaikan terjadi karena pedagang menyetok barang hingga dua bulan ke depan, sehingga penjualannya turun," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News