Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mengantongi penjualan sebesar Rp 149,64 miliar di semester I-2025. Penjualan ITIC mengalami penurunan 8,40% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan semester I-2024, yang kala itu menyentuh Rp 163,37 miliar.
Penjualan ke pasar lokal mendominasi dengan kontribusi Rp 151,72 miliar. Sedangkan penjualan ke pasar ekspor menyumbang Rp 637,81 juta. Total penjualan ITIC tersebut kemudian dikurangi oleh retur dan diskon sebesar Rp 2,71 miliar.
Secara kinerja, penjualan lokal ITIC merosot 8,42% (yoy). Sebaliknya, penjualan ekspor mengalami kenaikan 5,86% (yoy). Sejalan dengan penurunan pendapatan, laba tahun berjalan ITIC terpangkas 7,84% (yoy) dari Rp 8,41 miliar menjadi Rp 7,75 miliar pada semester I-2025.
Direktur Utama Indonesian Tobacco, Djonny Saksono mengungkapkan kinerja ITIC turut tertekan oleh penurunan daya beli di dalam negeri. ITIC mengimbangi tekanan pada sisi penjualan dengan mengupayakan pengaturan efisiensi biaya.
Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) Ekspansi Pasar, Bidik Kenaikan 10% pada 2025
Pada separuh pertama 2025, ITIC memangkas beban pokok penjualan sebanyak 9,76% (yoy) dari Rp 130,60 miliar menjadi Rp 117,85 miliar. Memasuki paruh kedua 2025, ITIC berupaya memacu penjualan sembari melanjutkan efisiensi biaya yang tidak membawa dampak terhadap nilai perusahaan.
"Perseroan terus berupaya meningkatkan kinerja dengan fokus pada peningkatan penjualan. Pengaturan biaya dan manajemen sumber daya sudah pasti menjadi fokus utama Perseroan sehingga ada peningkatan laba walaupun belum signifikan," terang Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/8/2025).
Selain pelemahan daya beli atau konsumsi masyarakat, Djonny turut menyoroti masih maraknya peredaran rokok ilegal yang membayangi industri rokok dan produk tembakau.
"Rokok ilegal yang marak mengakibatkan shifting pengguna sebagai efek dari penurunan daya beli," imbuh Djonny.
Meski begitu, Djonny meyakini industri rokok dan produk tembakau masih berpeluang untuk tumbuh. Catatan Djonny, perlu ada kolaborasi antara strategi bisnis perusahaan dengan kebijakan dari pemerintah untuk melindungi industri.
"Industri akan tetap bertumbuh secara keseluruhan. Namun kreatifitas, kejelian dan kegigihan pengusaha untuk melakukan thriving strategic adalah tuntutan mutlak. Di samping perlindungan pemerintah dan otonomi terhadap industri ini," tandas Djonny.
Sebagai informasi, ITIC merupakan produsen tembakau iris yang mengklaim menguasai sekitar 85% pangsa pasar industri tembakau iris di pasar domestik. ITIC memasarkan produk tembakau iris dengan berbagai ukuran dan merek, seperti Anggur Kupu, Lampion Lilin, Kuda Terbang Biru, Roda Terbang, Manna dan Bunga Sakura.
Selanjutnya: 22 Daftar Makanan Berserat Tinggi untuk Diet Menurunkan Berat Badan
Menarik Dibaca: 22 Daftar Makanan Berserat Tinggi untuk Diet Menurunkan Berat Badan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News