Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Meskipun dihantui oleh pelemahan nilai tukar rupiah, pasar otomotif masih tumbuh. Tak heran, omzet bisnis turunan otomotif ikutan meningkat. Salah satunya adalah PT Astra Otoparts Tbk yang menargetkan pertumbuhan lebih dari 5% di tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Robby Sani, Direktur PT Astra Otoparts Tbk optimistis kenaikan penjualan pada tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah kendaraan. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memproyeksikan, penjualan sepeda motor di tahun 2014 ini naik 5% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 7,77 juta unit. "Kita optimistis bisa tumbuh mengikuti, bahkan di atas, pertumbuhan rata-rata otomotif," ujar Robby kepada KONTAN, Jumat (10/1).
Strategi untuk mencapai pertumbuhan itu di antaranya, pertama, menggenjot penjualan komponen otomotif untuk kendaraan yang sudah dipakai atawa after market. Kedua, perusahaan itu akan melakukan ekspansi untuk menambah kapasitas produksi. "Peningkatan kapasitas bisa di pabrik yang sama, bisa juga membuat pabrik baru di bawah perusahaan yang sama," kata Robby.
Pada Juli 2013 lalu, emiten dengan kode saham AUTO itu berencana menaikkan kapasitas produksi setir mobil sebesar 1,5 kali lipat dibandingkan saat ini yang sebanyak 800.000 unit per tahun. Lalu, perusahaan itu juga ingin menambah kapasitas produksi airbag lima kali lipat dari sekarang yang sebanyak 1,5 juta unit per tahun.
Paling anyar, Astra Otoparts menggandeng perusahaan Jepang, Metal Art, untuk mendirikan perusahaan bernama PT Metal Art Astra Indonesia dengan nilai investasi sebesar US$ 45,3 juta. Pabrik yang direncanakan kelar pada Juni atau Juli 2014 akan memproduksi forging parts untuk mobil seperti crankshaft, gears, dan connecting rod.
Ketiga, perusahaan itu juga akan memperbesar porsi ekspor. Dengan kondisi rupiah yang masih belum stabil, Robby bilang, keuntungan pasar ekspor cukup menggiurkan. Pasar ekspor terbesar bagi Astra Otoparts adalah Timur Tengah.
Terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah, Astra Otoparts juga menaikkan harga. Tapi, Robby enggan membocorkan, berapa besar persentase kenaikan harga yang dipatok oleh Astra Otoparts. "Kenaikannya tentu tidak sampai 20%, tergantung biaya produksi komponen itu," kata Robby.
Selain rupiah, faktor lain mendorong kenaikan harga adalah upah buruh. Kenaikan upah buruh ini, kata Robby, akan membuat biaya produksi semakin tinggi. Walaupun upah buruh naik, ia bilang, sampai saat ini tidak ada pengurangan karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News