kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan UNSP turun 28% di paruh pertama


Rabu, 03 Agustus 2016 / 11:24 WIB
Penjualan UNSP turun 28% di paruh pertama


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bisnis kelapa sawit dan karet PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk masih suram tahun ini. Sampai semester I-2016, kinerja penjualan perusahaan turun hingga 28% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 770,53 miliar.

Penurunan nilai penjualan ini disebabkan dua faktor. Pertama, akibat harga jual minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang terdiskon dari pembeli. Maklum, selama ini, emiten berkode UNSP ini menjual hasil produksinya kepada perusahaan eksportir CPO yang harus membayar pungutan dana ekspor CPO (CPO Fund).  Apalagi, CPO produksi perusahaan yang dijual masih dalam bentuk mentah sehingga biaya pungutan CPO Fund cukup tinggi, yakni US$ 50 per metrik ton. 

Kedua, seperti halnya perusahaan kelapa sawit lainnya, Bakrie Sumatera juga mengalami masalah produksi akibat kemarau panjang atau El Nino tahun lalu. Sebagai gambaran, penjualan Bakrie Sumatera berasal dari sawit menyusut 30% menjadi Rp 561,30 miliar. Penjualan karet juga merosot 23% menjadi Rp 214,21 miliar.

Berdasarkan wilayah pemasarannya, penjualan domestik menyumbang Rp 615,21 miliar atau 21% terhadap total penjualan Bakrie Sumatera. Sisanya berasal dari ekspor.

Seiring dengan penurunan penjualan, Bakrie Sumatera pun menderita rugi Rp 62,92 miliar. Meski demikian, perusahaan itu berhasil menekan angka rugi dari Rp 180,75 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Hubungan Investor Bakrie Sumatera Andi W. Setianto menjelaskan, meskipun harga CPO global terkerek pada tahun ini dan berhasil menembus US$ 750 pada Mei lalu, hal itu tak mampu dimanfaatkan dengan baik karena pasokan CPO juga berkurang. Selain itu, pemangkasan harga jual CPO dari perusahaan pembeli memperburuk kondisi tersebut.

Saat ini, Bakrie Sumatera memasok CPO kepada eksportir lain, seperti PT Multimas Nabati Asahan, PT Wilmar Nabati Indonesia, dan PT Musim Mas. "Eksportir tersebut membebankan CPO Fund dan bea keluar kepada perusahaan kami," ujarnya kepada KONTAN, Senin (1/8).

Meski begitu, Andi masih optimistis mengejar target penjualan Rp 2 triliun di paruh kedua tahun ini. Sebab, dari pengalaman selama ini, puncak penjualan biasanya terjadi di kuartal akhir.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×