Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana penutupan Selat Hormuz oleh Iran dinilai berpotensi mendongkrak harga minyak mentah dunia secara signifikan, yang pada akhirnya bisa berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai, jika konflik terus meningkat dan penutupan Selat Hormuz benar-benar terjadi, lonjakan harga minyak mentah tak terhindarkan.
"Harga crude akan naik signifikan. Saat ini Brent sudah di kisaran US$80 per barel, naik hampir 16% dari posisi US$69 per barel sebelum Israel menyerang Iran," jelas Hadi kepada Kontan, Senin (23/6).
Hadi menilai, jika skenario terburuk terjadi harga minyak mentah bisa melesat ke atas US$100 per barel.
Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran
"Kalau Selat Hormuz ditutup, 20% pasokan minyak dunia akan hilang dari pasar. Itu akan mengerek harga secara signifikan. Jika itu terjadi, Pertamina dengan persetujuan pemerintah seyogyanya menaikkan harga BBM," lanjut Hadi.
Meski demikian, Hadi menilai dalam jangka pendek pemerintah belum perlu menyesuaikan harga BBM. Pasalnya, asumsi harga minyak dalam APBN 2025 masih berada di atas harga rata-rata minyak dunia saat ini.
"Asumsi APBN kita US$82 per barel. Sementara rerata harga Brent dari Januari hingga Juni saya hitung sekitar US$75 per barel. Jadi secara teori, belum perlu ada penyesuaian harga BBM," ujarnya.
Menanggapi situasi ini, PT Pertamina (Persero) menyatakan telah menyiapkan langkah antisipatif untuk menjaga kestabilan pasokan minyak mentah ke Tanah Air.
"Jika nanti ada penutupan Selat Hormuz, di mana 20% pelayaran minyak mentah global melalui selat tersebut, tentu sedikit banyak akan berdampak pada distribusi minyak mentah dunia," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso kepada Kontan, Senin (23/6).
Fadjar memastikan, Pertamina telah mengamankan jalur pelayaran alternatif, seperti melalui perairan Oman dan India.
"Secara umum, pasokan kita masih terkendali," tegasnya.
Langkah mitigasi ini dilakukan di tengah meningkatnya tensi geopolitik di kawasan. Pada Minggu (22/6), parlemen Iran menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz sebagai respons atas konflik yang terus memburuk.
Sebagai informasi, Selat Hormuz merupakan jalur strategis penghubung Teluk Persia dan Laut Arab. Menurut data U.S. Energy Information Administration (EIA), sepanjang 2024 rata-rata 20 juta barel minyak per hari melintasi selat tersebut—setara 20% konsumsi minyak global.
Baca Juga: Asosiasi Logistik: Krisis Israel-Iran Akan Berdampak pada Pertumbuhan Ekonomi RI
Selanjutnya: Jadi Salah Satu Penyakit yang Sering Dialami, Allianz Bagikan Tips Penanganan ISPA
Menarik Dibaca: Jadi Salah Satu Penyakit yang Sering Dialami, Allianz Bagikan Tips Penanganan ISPA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News