Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri modul surya berpeluang meraup pertumbuhan pasar ekspor seiring potensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.
Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS berpotensi melanjutkan peang dagang antara kedua negara tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Mada Ayu Habsari mengatakan, produk modul surya Indonesia berpeluang memenuhi permintaan pasar AS.
"Justru ada potensi dengan Trump menang, dia cukup agresif dengan China. Dengan demikian potensi bagi produk modul surya Indonesia untuk masuk ke AS," ujar Mada kepada Kontan.co.id, Minggu (10/11).
Baca Juga: Terdampak Tarif Perdagangan AS, Produsen Panel Surya China Relokasi ke Asia Tenggara
Kontan mencatat, dalam tahun ini industri panel surya terus menjaring investasi-investasi baru. Suntech, produsen panel surya Tier 1 global dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dan kapasitas global 25 GW, akan membangun pabrik panel surya domestik di Indonesia.
Pabrik tersebut, dengan kapasitas produksi 2 gigawatt (GW), dijadwalkan beroperasi pada akhir tahun ini.
Sementara itu, PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui perusahaan patungan anak usahanya siap memproduksi solar panel dengan kapasitas produksi sebesar 1 Gigawatt Peak (GWp).
Pabrik solar panel terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia ini berlokasi di Kendal, Jawa Tengah. Capaian ini merupakan bagian dari komitmen korporasi dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Selanjutnya: Akhiri 14 Tahun Penantian, Timnas Futsal Indonesia Menjadi Kampiun Asia Tenggara
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Wilayah Ini, Cek Ramalan Cuaca Besok (11/11) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News