kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Harga Mi Instan di Indonesia Jadi Mahal, Kok Bisa?


Selasa, 24 Mei 2022 / 08:57 WIB
Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Harga Mi Instan di Indonesia Jadi Mahal, Kok Bisa?
ILUSTRASI. Perang Rusia-Ukraina berpotensi mengganggu pasokan gandum sehingga berdampak kepada mi instan di Indonesia. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang Rusia dan Ukraina tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Meski demikian, menurut Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, perang kedua negara itu berpotensi mengganggu pasokan gandum sehingga berdampak kepada harga produk turunannya termasuk mi instan. 

Ia menjelaskan, transaksi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina hanya sekitar US$ 2 miliar per tahun, sehingga bukan merupakan mitra dagang utama Indonesia. Kondisi itu membuat dampak perang tak dirasakan langsung oleh Indonesia. 

Namun, perang tersebut tetap berpotensi menggangu pasokan gandum di Indonesia, yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan mie. Airlangga bilang, 40% kebutuhan gandum di dalam negeri diimpor dari Ukraina. 

"Dampaknya dapat terasa pada pasokan gandum karena 40% kebutuhan gandum kami diimpor dari Ukraina," ujarnya saat pembukaan Paviliun Indonesia dalam World Economic Forum 2022 di Davos, Swiss yang ditayangkan secara virtual, Senin (23/5/2022). 

Baca Juga: Google Proyeksikan Potensi Ekonomi Digital Indonesia Tahun 2025 Capai US$ 140 Miliar

Dia menjelaskan, gangguan pasokan gandum dapat berdampak pada naiknya harga komoditas tersebut, sehingga bisa membuat kenaikan harga mi instan. Maka dengan kondisi itu, sangat memungkinkan bila perusahaan mi instan menaikkan harga jual produknya. 

"Ini akan memberikan dampak pada perusahaan mi instan, sehingga bisa saja mereka menaikkan harga produknya. Maka ini akan menimbulkan inflasi yang berasal dari mi, padahal dalam 3 tahun terakhir inflasi mi instan mendekati nol persen," jelas Airlangga. 

Kendati demikian, upaya untuk menjaga pasokan gandum di dalam negeri telah dilakukan. Ia bilang, Indonesia sudah menekan kontrak impor yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gandum setidaknya hingga September 2022 mendatang. 

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Tren Pemulihan Ekonomi Kian Nyata pada Kuartal II 2022

Airlangga mengatakan, saat ini kenaikan harga pangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi sebagian besar negara di dunia. Gejolak ekonomi global membuat harga sejumlah komoditas pangan utama naik. 

Namun, menurutnya Indonesia cukup beruntung karena dampak inflasi pangan tidak terlalu besar. Lantaran, dalam tiga tahun terakhir Indonesia berhasil melakukan swasembada komoditas beras, yang merupakan makanan pokok masyarakat RI. 

"Tapi untungnya dalam 3 tahun terakhir, Indonesia sudah bisa melakukan swasembada pada beras. Sehingga semua kebutuhan beras dipenuhi dari produksi dalam negeri. Kami yakni bisa menghadapi tantangan terkait pangan ini," pungkas Airlangga.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menko Airlangga Sebut Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Harga Mi Instan Naik"
Penulis : Yohana Artha Uly
Editor : Erlangga Djumena

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×