kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang Tarif Merambat Ke Layanan Fixed Broadband, APJII Bilang Masih Wajar


Selasa, 25 Oktober 2022 / 23:19 WIB
Perang Tarif Merambat Ke Layanan Fixed Broadband, APJII Bilang Masih Wajar
ILUSTRASI. Ketatnya persaingan membuat perang tarif harga pada layanan broadband tetap (fixed broadband) makin sengit.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan membuat perang tarif harga pada layanan broadband tetap (fixed broadband) makin sengit. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar untuk layanan fixed broadband.

Dari 250 juta lebih penduduk di Indonesia, jumlah pengguna internet di negeri ini pada 2022 sebesar 210 juta orang. Dari total pengguna itu, APJII mengungkapkan hanya 14,5% yang memiliki fasilitas fixed broadband.

Sehingga potensi pelanggan di bisnis ini masih terbuka lebar. Dengan peluang pasar yang besar, maka persaingan diantara para penyedia layanan internet fixed broadband juga semakin ketat.

Baca Juga: Link Net dan XL Axiata Luncurkan Layanan Konvergensi Internet Lewat Produk Kolaborasi

Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan, sebagian besar rumah tangga Indonesia sudah atau akan segera memiliki akses ke penyedia layanan broadband tetap yang cepat dan andal. Menurutnya, hal tersebut akan membuat kompetisi penyedia jaringan internet akan terus meluas bahkan tidak hanya di Pulau Jawa. Apalagi, saat ini aktivitas masyarakat terus beralih dari offline ke online.

“Meski demikian, perang harga layanan fixed broadband masih dalam batas wajar dan APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis fixed broadband yang sehat,” ujar Arif, Selasa (25/10).

Saat ini, terdapat sejumlah pemain layanan fixed broadband, seperti IndiHome, First Media, Biznet, MyRepublic, MNC Play, CBN,  Link Net, dan Oxygen. Operator selular juga punya layanan sejenis, seperti XL Home milik XL Axiata dan HiFi milik Indosat Ooredoo Hutchison.

PLN juga sudah menyatakan terjun ke bisnis ini dengan bendera Iconnet. Belakangan, demi memperkuat fondasi bisnis ini, XL Axiata mengakuisisi Link Net.

Baca Juga: Bukan Jakarta, Internet Kota Ini Paling Kencang Se-Indonesia

Untuk diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dalam Selular Congres 2022 menyebut tarif internet di Indonesia paling murah di Asia Tenggara. Dari 12 negara di Asia Tenggara, tarif internet Indonesia menduduki posisi paling buncit.

Nilai rata-rata tarif internet di Indonesia yakni Rp 6.028 per 1 gigabyte (GB) dan Vietnam yang menduduki posisi ke-11 nilainya Rp 7.030 per 1 GB. Adapun tarif internet 10 negara lainnya di Asia Tenggara harganya sudah lebih dari Rp 11.000 per 1 GB.

Tarif internet paling mahal yakni Brunei Darussalam yakni Rp32.014 per 1 GB. Murahnya tarif internet di Indonesia ini membuat kecepatan jaringan internet jadi lambat. Kemenkominfo menyebut kecepatan internet di Indonesia rangking 110 di dunia dengan kecepatan sekitar 21 Mbps, di bawah Kamboja dan Myanmar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×