Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can
JAKARTA. Produk kayu jati Indonesia rupanya mulai diminati pasar Eropa. Buktinya, Perum Perhutani telah memperoleh kontrak kayu jati ke Eropa senilai Rp 324 miliar.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto memaparkan, kayu jati miliknya sudah bersertifikasi sehingga para pembeli yakin kayu tersebut legal. "Di Eropa, sertifikasi kayu ini cukup penting," kata Bambang kepada KONTAN, Kamis (13/9).
Saat ini, ada lima Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan lestari yaitu KPH Kendal, Kebonharjo, Cepu, Randublatung, dan Ciamis. Selanjutnya atau menyusul dalam waktu dekat adalah KPH Madiun dan Banyuwangi.
Bambang berharap, ekspor kayu tersebut mampu membantu kinerja Perhutani tahun ini. Pada 2012 ini, Perhutani menargetkan pendapatan sebesar Rp 3,7 triliun dan laba bersih sebesar Rp 400 miliar. Target pendapatan Perhutani tahun ini lebih besar dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 3,1 triliun.
Berdasarkan catatan dari Perhutani, saat ini produk kayu memberikan sumbangan terbesar bagi pendapatan Perhutani. Sekitar 60% kontribusi berasal dari produk kayu sedangkan sisanya adalah pendapatan dari produksi non-kayu. "Sampai semester pertama tahun ini baru tercapai sekitar 35% dari target pendapatan perhutani," kata Bambang.
Bambang khawatir, krisis ekonomi di Eropa akan berpengaruh terhadap kinerja pendapatan Perhutani. Sebab, lemahnya kondisi perekonomian di Eropa membuat harga dan pesanan Perhutani tersendat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News