Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana memperluas insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil berkapasitas mesin 1.500-2.500 cc, setelah sebelumnya menerapkan kebijakan serupa ke mobil di bawah 1.500 cc. Keputusan ini menuai polemik dari pihak yang pro dan kontra.
Perluasan ini dinilai hanya mengulangi kesalahan yang dilakukan pemerintah saat memberikan relaksasi pada mobil-mobil bermesin 1.500 cc. Selain salah sasaran, kebijakan itu akan merugikan negara dan merusak lingkungan.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas sudah tidak menyetujui relaksasi PPnBM pada mobil dengan mesin 1.500 cc ke bawah sejak wacana awal mengemuka. Apalagi, pemerintah berencana memperluas relaksasi PPnBM mulai April 2021. "Pembebasan PPnBM untuk mobil di 1.500 cc saja sudah merugikan negara, apalagi untuk mobil di atas 2.500 cc," ujar Darmaningtyas.
Baca Juga: Ini dua skema insentif PPnBM untuk mobil 2.500 cc
Relaksasi PpnBM, kata dia, harusnya diberikan kepada mobil-mobil nonkonvensional yang ramah lingkungan, seperti mobil listrik dan mobil hybrid. Mobil listrik akan menikmati tarif PpnBM 0% Oktober mendatang, sedangkan hybrid bervariasi hingga 14%. Seharusnya, dia menuturkan, jika memang pemerintah peduli pada lingkungan dan ingin memasyarakatkan mobil listrik dan hybrid, relaksasi PPnBM diberlakukan tanpa pandang bulu.
Menurut Darmaningtyas, pemerintah juga sebaiknya memberikan insentif kepada angkutan umum dan barang yang akan menurunkan harga tarif. "Menyelamatkan layanan angkutan umum, baik di perkotaan, pedesaan, maupun AKDP (antarkota dalam provinsi) dan AKAP (antarkota antarprovinsi) tidak kalah pentingnya dengan menyelamatkan industri otomotif. Namun, sejauh ini belum ada insentif yang dapat dinikmati oleh para operator angkutan umum," ujar dia.
Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai kebijakan perluasan PPnBM bertujuan mendorong peningkatan penjualan dari kendaraan bermotor. Apalagi, relaksasi PPnBM mobil 1.500 cc berhasil menghasilkan peningkatan jumlah pemesanan hingga 140%. Kemenperin menilai, program ini bisa mempercepat pemulihan sektor otomotif dengan peningkatan utilisasi.
“Pulihnya produksi dan penjualan industri otomotif akan memiliki multiplier effect bagi sektor industri lainnya,” jelas Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita.
Baca Juga: Perkiraan hitung-hitungan diskon PPnBM Innova-Fortuner, penasaran?
Sebagai contoh, kendaraan SUV telah menggunakan komponen lokal, seperti bodi dan sasis serta komponen pelengkap, antara lain velg, knalpot, interior, dan sebagainya. “Apabila model ini mendapatkan insentif, dampak ke industri komponen cukup besar,” katanya .