kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan ekspor produk UMKM saat pandemi tinggi, tapi terkendala kapasitas produksi


Minggu, 29 Agustus 2021 / 19:21 WIB
Permintaan ekspor produk UMKM saat pandemi tinggi, tapi terkendala kapasitas produksi
ILUSTRASI. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 sebenarnya permintaan ekspor terhadap produk UMKM sangat tinggi.

Hanya saja, permintaan yang tinggi tersebut menemui berbagai kendala mulai dari kapasitas produksi hingga ketersediaan kontainer masih menjadi persoalan.

"Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furniture, kopi, buah-buahan tropik dan macam-macam kuliner. Tetapi kita terkendala kontainer," kata Teten dalam keterangan resmi, Minggu (29/8).

Baca Juga: AAEC diharapkan mampu tingkatkan nilai perdagangan barang dan jasa lewat PMSE

Kelangkaan kontainer dijelaskan masih menghantui permasalahan logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika pun bisa diusahakan, mesti ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal. Kondisi ini tak hanya dihadapi oleh pengusaha besar, tetapi juga UMKM yang berorientasi ekspor.

Secara khusus terkait biaya pengiriman tersebut, menurut Teten hal itu masih dibicarakan dan dirumuskan oleh Komite PEN lintas kementerian. Sehingga belum ada skema yang tepat.

"Saya sedang pelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya. Dan berapa kali lipat dari nilai subsidi nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya," jelasnya.

Saat ini pemerintah sedang membidik UMKM potensi ekspor, yang memiliki market demand, tetapi supply chainnya diakui masih berantakan.

"Misalnya soal briket dari tempurung kelapa dan gula semut, saya baru tahu kalau permintaannya dari luar negeri itu besar dan di Indonesia bisa diekspansi lagi," ungkapnya.

Meski permintaan dua produk itu tinggi, namun sayang dari hasil pantauan KemenkopUKM di Sulawesi dan Jawa Barat, UMKM tidak bisa memenuhi permintaan karena berbagai kondisi.

Mulai dari kapasitas produksi sampai manajemennya. Sementara saat ini kontribusi ekspor UMKM masih rendah di angka 14,37%.

Yang memungkinkan di kondisi sekarang, UMKM juga harus fokus untuk pasar dalam negeri yang bisa mensubstitusikan produk impor. Seperti buah-buahan, maupun fesyen muslim yang dibatasi impornya.

Ketika nanti ekonomi bisa segera pulih seutuhnya, Teten berharap sektor konsumsi dalam negeri yang bisa terus naik. Pasalnya, ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga hingga 53%.

Adanya pelonggaran PPKM, ia optimistis kegiatan ekonomi segera terdongkrak. "Jadi sekarang program kami terus memikirkan bagaimana UMKM survival, dan menyiapkan juga transformasi UMKM pasca Covid-19 nanti," imbuhnya.

Martini, pemilik usaha Martini Natural yang memproduksi berbagai kerajinan mulai dari sandal, rajut, homedecore dan tas anyaman, mengakui memang merasakan betul kesulitan ketersediaan kontainer di saat pandemi.

Baca Juga: Widodo Makmur Unggas (WMUU) mengincar kenaikan penjualan 300% di tahun ini

Sehingga kegiatan ekspor produk Martini ke Kanada, Amerika Serikat jadi ikut terganggu. Ditambah tokonya tutup, karena ada pembatasan aktivitas masyarakat. Sebelumnya Martini memenuhi permintaan 22 kontainer sandal untuk ekspor.

"Sekarang tinggal memenuhi permintaan lewat online saja. Sambil menunggu ada harapan soal ketersediaan kontainer," ucap Martini.

Senada, Ketua Koperasi Srikandi Sri Susilowati menyampaikan keluhannya terkait ekspor. Namun saat ini ia masih terus memenuhi permintaan dalam negeri.

"Paling banyak itu permintaan gula cair. Bisa sampai 168 ton saat ekspor. Dan kapasitas produksi kami ini bisa sampai 200 ton gula per minggu. Kami memberdayakan para petani dan sumber daya lokal," cerita Sri.

Diketahui Koperasi Srikandi ini memproduksi olahan dari kelapa berupa gula semut dan gula cair. Negara-negara yang menjadi pasar ekspornya adalah Rusia, Belanda, Amerika Serikat hingga Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×