kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45918,34   9,03   0.99%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan merosot, harga tambang melorot


Kamis, 02 Mei 2013 / 09:35 WIB
Permintaan merosot, harga tambang melorot
ILUSTRASI. 6 Jenis Ras Anjing Mungil yang Menggemaskan


Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Harga sejumlah mineral seperti bijih nikel, bijih mangan, bijih alumunium dan bijih besi dalam sebulan terakhir cenderung menurun.  Salah satu faktor penyebabnya adalah produsen pengolah bijih mineral di China tengah mengalami kelebihan stok, hingga membatasi permintaan ke Indonesia.

Dede I Suhendar, Direktur Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan, ekspor bijih mineral ke China tahun lalu tumbuh pesat. Padahal saat itu, ekonomi China sedang melambat. "Sekarang, stok bahan baku konstruksi bangunan lagi banyak, hingga permintaan mineral mentah dari Indonesia berkurang," kata dia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18/2013 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertambangan yang Dikenakan Bea Keluar, sejumlah harga pokok bea keluar untuk komoditas mineral umumnya mengalami penurunan.

Ambil contoh, HPE per Mei 2013 untuk bijih besi dengan kadar di bawah 49,99% ditetapkan US$ 19,64 per ton. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan HPE yang berlaku per April 2013 yaitu US$ 21,43 per ton. Begitu juga HPE untuk bijih alumunium yang ditetapkan US$ 20,17 per ton, dibandingkan bulan lalu US$ 21,08 per ton.

Sementara, untuk bijh nikel kadar di bawah 1,5%  ditetapkan HPE-nya US$ 12,08 per ton, dan bijih nikel kadar di atas 2% sebesar US$ 34,86 per ton. Harga itu lebih rendah dibandingkan dengan HPE per April silam, US$ 12,52 per ton untuk bijih nikel kadar di bawah 1,5% serta US$ 36,11 per ton untuk nikel dengan kadar di atas 2%.

Ladjiman Damanik, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) mengatakan, meskipun harga komoditas  lagi turun namun produksi sejumlah mineral tetap akan tinggi. Ladjiman memproyeksikan produksi bijih nikel hingga akhir tahun ini akan tetap sama seperti tahun lalu sebesar 37 juta ton.

Hendra Sinadia, Sekretaris Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) berkata penurunan harga mineral tidak akan berlangsung lama. Ia optimistis pada kuartal ketiga dan keempat nanti, permintaan mineral dari China dan negara Asia yang lain akan kembali bangkit.

Apalagi tahun 2014 nanti merupakan batas waktu larangan ekspor mineral mentah dari Indonesia. Membuat produsen pengolah bijih mineral akan memperbanyak pasokan bahan baku. "Saya optimistis harga kembali naik karena pengaruh kebijakan dalam negeri," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×