Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Francisca Bertha Vistika, Fitri Nur Arifenie | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Meski diramalkan stagnan, para pemain industri alat berat tak patah arang. Salah satunya adalah PT Indomobil Sukses International Tbk. Melalui anak usahanya, PT Wahana Inti Selaras, Indomobil dan Lauw Lie In alias Maria Kristina mendirikan perusahaan patungan bernama PT Indo Global Traktor. PT Wahana Inti Selaras menguasai 51% saham.
Jusak Kertowidjodjo, Direktur Utama PT Indomobil Sukses Internasional Tbk mengatakan, Indomobil sudah lama bermain di bisnis alat berat. Dengan pendirian perusahaan patungan ini, Indomobil bisa lebih fokus pada usaha impor dan penjualan alat berat merek Volvo. "Kita bikin anak usaha baru ini untuk pemisahan," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (26/1).
Namun, Jusak tak merinci berapa besar modal yang disetor untuk membuat usaha patungan tersebut. Saat ini, PT Indo Global Traktor masih menunggu proses perizinan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pratjojo Dewo, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) mengatakan, permintaan alat berat tahun ini tak banyak perubahan dari tahun lalu, yakni sekitar 13.000 hingga 14.000 unit. Dari jumlah itu, produksi dalam negeri antara 6.000 unit sampai 6.500 unit. Sisanya berasal dari produk impor. "Tahun ini masih sama," tuturnya.
Meski permintaan stagnan, Pratjojo optimistis di masa depan, permintaan alat berat akan meningkat ketika harga komoditas tidak mengalami fluktuasi tajam. Bahkan, permintaan alat berat diramalkan bisa mencapai 18.000 unit per tahun, seperti yang terjadi pada tahun 2011 lalu.
Saat ini, kapasitas produksi alat berat di dalam negeri mencapai 10.000 unit. Tapi, sulit buat industri dalam negeri jika harus mencapai 100% dari kapasitas terpasang. Sebab, produk dalam negeri harus bersaing dengan impor alat berat. "Harga alat berat impor bisa lebih murah dari buatan dalam negeri," kata Pratjojo.
Makin kompetitif
Sama seperti Pratjojo, Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk juga mengamini bahwa persaingan di alat berat semakin berat. Apalagi, banyak pemain alat berat yang semakin bergeser dari alat berat mining menjadi alat berat non-mining karena seretnya permintaan dari industri pertambangan. "Pemain-pemain baru semakin banyak," katanya.
Meski persaingan semakin ketat, emiten dengan kode saham UNTR tersebut berhasil meningkatkan penjualannya. Pada tahun 2012 lalu, UNTR berhasil menjual alat berat sebesar 6.000 unit. Meski belum final, Sara memproyeksikan penjualan di tahun 2013 bisa mencapai 10.000 unit. Di 2014, UNTR menargetkan meraih pangsa pasar di industri alat berat sekitar 41%-42%.
Untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah ramainya pemain alat berat, UNTR sudah menyiapkan sejumlah jurus. Selain memperluas pasar, fokus lainnya adalah memperkuat layanan purna jual. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News