kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan ketat, pengembang rumah sakit mesti adaptif teknologi


Jumat, 23 Oktober 2020 / 20:36 WIB
Persaingan ketat, pengembang rumah sakit mesti adaptif teknologi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta bisnis dan ekspansi rumah sakit (RS) akan semakin kompleks, terutama di era pasca pandemi covid-19. RS daerah baik milik pemerintah maupun swasta dituntut untuk bisa melakukan transformasi bisnis dan layanan, khususnya yang berbasis digital.

Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi Semarang, Agus Suryanto menyampaikan, kesadaran masyarakat terhadap standar pelayanan kesehatan semakin tinggi. Pada saat yang bersamaan, tuntutan terhadap hak-hak pasien sebagai konsumen juga kian meningkat.

Menurutnya, persaingan bisnis RS akan semakin kompleks. Terlebih, sebelum masa pandemi covid-19 saja, pertumbuhan RS di Indonesia semakin meningkat.

Pebisnis besar marak yang membentangkan sayap bisnisnya di rumah sakit. Namun, RS pemerintah pun tak ketinggalan. Sebab, sejak sekitar tahun 2006, sistem pengelolaan sudah berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) yang menerapkan karakter kewirausahaan.

Baca Juga: Soho Global Health (SOHO) memperkuat bisnis distribusi

Agus melihat, persaingan akan semakin terbuka tatkala rumah sakit dan tenaga kesehatan asing dibebaskan bersaing di Indonesia. "Kalau tidak melakukan transformasi, ini menjadi tertinggal dalam proses bisnis. (RS) dituntut program transformasi digital, harus diberlakukan," kata Agus dalam webinar yang digelar Jum'at (23/10).

Senada, Direktur RSUD Dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur, Supriyanto Dharmoredjo mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan dan bisnis RS menjadi suatu keniscayaan. Termasuk bagi RS di daerah.

Supriyanto mencontohkan layanan konsultasi online atau telemedicine yang sudah dijalankan di RSUD Tulungagung sejak tahun 2015. Menurutnya, semakin banyak masyarakat yang menggunakan layanan tersebut. Bahkan secara bisnis, dalam kurun waktu empat tahun, omzet dari layanan ini bisa naik hingga 300%.

Hanya saja, akses informasi dan pemahaman digital di daerah memang menjadi tantangan tersendiri. "Kendalanya kalau di daerah, masih banyak yang gaptek. Jadi Edukasi tetap kami lakukan, supaya orang bisa memanfaatkan fasilitas yang kami sediakan," ujar Suptiyanto.

Baca Juga: Penting untuk orang tua, ini Panduan Cerdas Cegah Kekerasan Seksual seri 1

Sementara itu, RS PHC Surabaya juga melihat layanan digital sebagai tumpuan di masa depan. Direktur Transformasi dan Pengambangan Bisnis PT PHC Purwanti Aminingsih berpandangan, saat ini model bisnis RS harus bisa memahami apa yang dibutuhkan pasien.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×