Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Hendra Gunawan
SUBANG. Penurunan harga komoditas tambang rupanya berdampak ke bisnis penjualan bahan peledak milik PT Dahana. Sebab, selain menjual bahan peledak untuk sektor tambang, perusahaan pelat merah ini belakangan ikut berbisnis jasa penggalian tambang.
Harry Sampurno, Direktur Utama PT Dahana menyatakan, saat ini mayoritas pendapatan mereka sudah ditopang bisnis jasa pertambangan. Sekitar 60% pendapatan PT Dahana tahun 2015 berasal dari sektor jasa tambang ini.
"Perusahaan kami belakangan memang lebih fokus pada jasa drilling atau pengeboran," kata Harry kepada KONTAN, Kamis (28/1).
Untuk itu, Harry memproyeksikan pendapatan mereka tahun ini bisa terkoreksi menjadi Rp 1,3 triliun atau turun 7% ketimbang pendapatan tahun lalu dengan realisasi senilai Rp 1,4 triliun. "Ini target realistis kami melihat kondisi bisnis tambang yang lesu," jelas Harry.
Agar kinerja tak turun lebih dalam, Harry berusaha untuk mempercepat pembangunan pabrik salah satu bahan peledak propelan, yang kini sedang dalam proses pembangunan. Harry bilang, untuk yang tahap pertama pabrik ini akan rampung pada Maret 2016. "Fasilitas produksi bahan peledak nitrogliserin kami rampungkan dulu, setelah itu baru fasilitas produksi propelan," jelas Harry.
Adapun, pembangunan pabrik propelan ini ditargetkan rampung empat tahun atau sekitar tahun 2020. Pabrik ini berdiri di atas lahan 25 hektare dan ditargetkan memproduksi 800 ton propelan per tahun. "Cita-cita kami nanti propelan tak perlu impor lagi," kata Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News